Jakarta, Aktual.com – Nilai tukar rupiah terhadap dollar sudah mencapai Rp 14.000 per dollar AS pada Senin (7/5) kemarin. Di tengah tren melemahnya rupiah, angka tersebut telah membuat banyak kalangan khawatir.
Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), kurs pada Kamis (3/5) lalu, rupiah bertengger di level Rp 13.965 per dollar AS. Sehari setelahnya, rupiah masih dalam titik kritis meskipun menguat tipis di level Rp 13.943 per dollar AS.
Tren melemahnya rupiah terhadap dollar AS dinilai oleh beberapa kalangan sebagai akibat dari tiga faktor eksternal, yaitu penguatan dollar AS, kenaikan suku bunga obligasi negara Amerika Serikat (US treasury) di atas 3%, dan antisipasi pasar terhadap kemungkinan kenaikan lagi tingkat suku bunga Fed Fund Rate, atau suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat.
Kondisi ini ternyata masih ditanggapi santai oleh Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). Lembaga yang terdiri dari Kementerian Keuangan, Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) ini menyatakan, sistem keuangan Indonesia pada kuartal I tahun ini masih terbilang stabil dan terkendali.
Indikator yang disebut KSSK antara lain adalah inflasi yang tetap terjaga pada angka 3,5% serta realisasi penerimaan pajak pertambahan nilai (PPN) yang tumbuh 15,03% dan penerimaan pajak penghasilan (PPh) non-migas yang melejit hingga 20,12% tanpa memperhitungkan tax amnesty.