Surabaya, Aktual.co — Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar sangat berpengaruh terhadap industri rumah yang bergantung pada bahan baku impor, seperti industri tempe.
Rahmad, salah satu pengrajin tempe di Surabaya mengaku harus memperkecil ukuran tempe untuk mempertahankan industrinya. Sebab, jika menaikkan harga tempe yang terjadi justru akan sepi peminat.
“Kita sebelumnya sudah menaikkan harga tempe karena kenaikan BBM, dan tidak mungkin lagi kita menaikkan harga lagi,” Ujar Rahmad, Rabu (17/12).
Oleh sebab itu, Rahmad berharap agar pemerintah bisa memberikan subsidi pada industri rumahan seperti dirinya yang mendapatkan bahan baku tempe (kedelai) dari hasil import.
Jika sebelumnya harga kedelai dibeli dengan harga Rp7.500 per kg, kini naik menjadi Rp8.500 kg. Sementara untuk membuat tempe dibutuhkan 1 kwintal kedelai per hari.
Artikel ini ditulis oleh:












