Kemudian, adanya rilis kenaikan indeks PMI (Purchasing Manager’s Index) Manufaktur Indonesia sempat memberikan sentimen positif pada laju Rupiah. Pernyataan dari Menteri Keuangan Sri Mulyani yang memperkirakan pertumbuhan investasi pada kisaran 7,5 persen hingga 8,3 persen di tahun 2019, juga cukup membantu Rupiah bertahan positif.
Sementara itu, dari faktor eksternal, lanjut Rully, memang ada sentimen dari Italia terkait kisruh politik yang sudah mulai mereda.
“Sentimen dari Italia tersebut menyebabkan pasar berharap The Fed tidak akan menaikkan suku bunga pada Juni ini,” kata Rully.
Rully memperkirakan, pergerakan nilai tukar rupiah masih akan mengalami volatilitas pada pekan ini. “Saya rasa masih akan ‘volatile’. Karena lebih banyak faktor global yang berpengaruh besar,” ujar Rully.
Dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) sendiri pada Selasa, tercatat nilai tukar rupiah bergerak melamah ke posisi Rp13.887 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.872 per dolar AS.
Ant
(Wisnu)
Artikel ini ditulis oleh:
Antara