Kendati demikian, lanjut dia, apresiasi rupiah relatif masih terbatas mengingat sentimen yang beredar, terutama prospek kenaikan suku bunga AS masih cukup kuat. Perbaikan yang terjadi pada ekonomi Amerika Serikat memberikan ruang yang cukup bagi dolar AS untuk kembali terapresiasi.

Di sisi lain, lanjut dia, sentimen kenaikan yield obligasi Amerika Serikat tenor 10 tahun yang berada di atas level 3 persen masih menjadi salah satu faktor yang membatasi nilai tukar domestik terapresiasi lebih tinggi.

Sementara itu, Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan kenaikan imbal hasil memperlebar selisih suku bunga antara AS dan negara maju lainnya, sehingga meningkatkan daya tarik dolar AS.

“Meningkatnya imbal hasil AS dapat memicu perpindahan arus modal dari pasar berkembang,” kata Ariston.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid