London, Aktual.com – Lebih dari 190 negara pada 2015 meneken Perjanjian Paris untuk membatasi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius di atas level suhu sebelum revolusi industri (pre-industrial level).

Upaya itu dilakukan untuk mencegah dampak terburuk perubahan iklim seperti kekeringan, banjir, dan punahnya spesies.

Para ilmuwan mengatakan mengurangi emisi karbon dioksida (CO2) secara global ke ‘nol bersih’ (net zero) pada tahun 2050 adalah cara untuk memenuhi tujuan utama perjanjian itu, meskipun praktiknya diserahkan kepada masing-masing negara.

Sejumlah negara seperti Inggris dan Prancis telah menetapkan target nol emisi 2050 dalam undang-undang, sementara banyak negara lain dan perusahaan telah membuat kebijakan untuk mencapai target itu pada 2050.

Pemerintah Inggris pada Selasa menerbitkan Strategi Nol Bersih yang menurut Perdana Menteri Boris Johnson akan menempatkan negaranya di garda depan ekonomi hijau dan memaksa para pesaing seperti China dan Rusia untuk mengikuti jejaknya.

Namun, apa arti dari nol bersih atau nol emisi karbon? Apakah dunia sudah berada di jalur yang benar untuk memenuhi target Perjanjian Paris?

Apa arti nol bersih?

Nol bersih tidak berarti emisi karbon benar-benar akan menjadi nol, tapi upaya menyeimbangkan emisi gas rumah kaca yang tersisa dengan tindakan lain.

Meskipun banyak negara dan perusahaan berjanji akan mengurangi emisi sebanyak mungkin, itu artinya beberapa sektor diperkirakan masih akan melepaskan gas rumah kaca pada 2050.

Untuk mengimbanginya, para penghasil emisi mengandalkan tindakan pengurangan emisi di tempat lain atau menggunakan solusi alami atau teknologi untuk mencegah emisi mencapai atmosfer.

Solusi alami contohnya adalah menanam pohon, memulihkan tanah atau lahan basah.

Sedangkan teknologi dipakai untuk menangkap dan menyimpan CO2 ketika dibuang, atau menyedot karbon dari udara. Semuanya belum membuat perbedaan pada iklim karena penggunaannya masih relatif kecil.

Apakah pohon dan sertifikat berpengaruh?

Inisiatif sukarela yang tak terhitung jumlahnya telah bermunculan. Mereka menawarkan sertifikat pengurangan emisi karbon (offset certificate) berdasarkan proyek kehutanan dan solusi alami lain yang bisa dibeli oleh individu dan perusahaan.

Para kritikus mengatakan sertifikat seperti itu adalah upaya menutupi konsumsi bahan bakar fosil yang berkelanjutan.

Mereka merujuk pada kurangnya standar umum dan penilaian dasar yang sulit diverifikasi untuk menentukan nilai tambah pada iklim dari proyek yang mendasari sertifikat.

Sebuah laporan dari badan amal Oxfam pada Agustus mengatakan untuk menghilangkan emisi karbon dunia agar mencapai nol bersih pada 2050 dibutuhkan hutan baru yang luasnya minimal lima kali India atau lebih dari luas semua lahan pertanian di planet ini.

Mereka yang pro mengatakan sertifikat adalah alat yang berguna untuk meningkatkan investasi di bidang perlindungan alam ketika ekonomi global bergerak menuju nol emisi.

Penangkapan karbon

Penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) biasanya mengacu pada jenis filter pada cerobong asap industri dan proyek untuk menyimpan karbon di bawah tanah, misalnya di lahan bekas ladang minyak.

Sebagian besar proyek CCS saat ini mampu melakukan dekarbonisasi proses industri beremisi tinggi. Mereka tidak menyedot karbon dari atmosfer, tapi sebaliknya, mencegah masuknya karbon ke atmosfer.

Meskipun teknologi itu terbukti efektif, kapasitas CCS global hanya sekitar 40 juta ton setara karbon dioksida (CO2e).

Bagaimana dengan emisi negatif?

Ada teknologi yang menghasilkan emisi negatif, misalnya direct air capture (DAC), proyek yang menggabungkan bioenergi dan teknologi untuk menangkap dan menyimpan emisi karbon.

Sebuah laporan dari Koalisi untuk Emisi Negatif (CNE) pada Juni mengatakan bahwa proyek-proyek dalam pengembangan hanya mampu menghilangkan sekitar 150 juta ton CO2 pada 2025.

Angka itu jauh lebih kecil dari total emisi global yang mencapai rekor 59,1 miliar ton pada 2020, menurut laporan Program Lingkungan PBB.

Anggaran karbon

Gas rumah kaca tidak hanya terdiri dari CO2 tapi juga gas-gas seperti CH4 (metana) dan N2O (nitrogen oksida), yang sering dinyatakan dalam ton setara CO2 atau tCO2e.

Pada 2019, konsentrasi CO2 di atmosfer lebih tinggi daripada kapan pun setidaknya dalam 2 juta tahun dan konsentrasi CH4 dan N2O lebih tinggi daripada kapan pun setidaknya dalam 800.000 tahun.

Emisi CO2e mencapai rekor 59,1 miliar ton pada 2020, menurut laporan Program Lingkungan PBB pada April.

Emisi tahunan harus diturunkan jadi 25 miliar ton CO2e pada 2030 untuk membatasi peningkatan pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius, kata laporan itu.

Suhu permukaan bumi sudah 1,09 derajat Celcius lebih tinggi pada 2011-2020 dibandingkan pada 1850-1900, periode yang menjadi acuan kenaikan suhu.

Jika dunia terus berjalan seperti saat ini, kenaikan suhu bisa menjadi 2 derajat Celcius pada 2060 dan 2,7 pada akhir abad ini, kata Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim.

Janji kosong?

Terlepas dari banyaknya kritik terhadap ketergantungan perusahaan pada sertifikat pengurangan karbon, tidak adanya cara yang standar untuk menyusun strategi nol bersih dan pelaporan emisi membuat perusahaan pemegang sertifikat sulit dimintai tanggung jawab.

Menjual aset dengan emisi tinggi –langkah yang dapat membuat rapor karbon perusahaan terlihat lebih baik– tidak membuat perbedaan pada atmosfer bumi jika pembelinya tetap mengoperasikan aset tersebut.

Pemerintah dan perusahaan juga semakin menghadapi tekanan untuk menetapkan target yang rinci dan mengikat menjelang 2050 untuk menghilangkan kekhawatiran bahwa pemimpin politik dan CEO “hanya menendang kaleng di jalan” (menunda masalah agar diselesaikan orang lain).

Aktivis iklim terkenal Greta Thunberg juga mengkritik target nol bersih, yang disebutnya sebagai janji kosong para pemimpin setelah bertahun-tahun melakukan pembicaraan iklim. (Reuters)

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
As'ad Syamsul Abidin