Jakarta, Aktual.co — Tersandungnya unit usaha PT Pertamina yakni Integrated Supply Chain (ISC) dalam tender LPG yang dimenangkan oleh Total itu, dinilai oleh Pemerhati ekonomi politik Ichsanuddin Noorsy sebagai wujud berganti bajunya para mafia migas yang dulu bercokol di Pertamina Energy Trading (Petral).

Seperti diketahui, Bareskrim Polri kini tengah melakukan penyelidikan dugaan terjadinya tindak pidana korupsi dan tindak pidana pencucian uang dalam tender pengadaan LPG PT Pertamina (Persero) melalui unit usahanya, Integrated Supply Chain (ISC) dan dimenangkan oleh Total Asia Trading Pte Ltd.

Pada penyelidikan itu, Bareskrim diketahui telah melayangkan pemeriksaan terhadap Manager Market Analysis dan Development ISC Pertamina, Anizar Burlian pada 28 Mei 2015 lalu. Bahkan, Bareskrim juga memanggil Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto.

“Ganti baju nih, Di ISC-Pertamina kan sesungguhnya tidak ada gambaran berapa sudah terjadi penghematan, berapa pembelian maupun pada pembelanjaan,” ujar Noorsy saat ditemui di Jakarta, Jumat (5/6).

Menurutnya, di ISC juga tidak terdapat gambaran berapa sesungguhnya terjadi peningkatan penerimaan, tidak terjadi gambaran berapa kita dapat jaminan pasokan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

“ISC kan dia memasok dan dia membeli. Kalau ISC tidak menunjukan gambaran ketahanan stok BBM di dalam negeri, tidak ada gunanya. Apalagi tidak menunjukan gambaran perbaikan pada kinerja keuangan,” ungkap Noorsy.

Selain itu, Noorsy juga menduga kuat bahwa adanya keterlibatan Ari Soemarno dalam segala kegiatan pengadaan minyak mentah dan BBM di Pertamina.

“Dia adalah orang yang melahirkan ISC, dan karena itu orang banyak curiga bahwa jangan-jangan dia dia (Ari Soemarno) juga. Di kasus TPPI juga harusnya Ari Soemarno diperiksa,” tutupnya.

Sebagai informasi, PT Pertamina (persero) melalui unit usahanya, ISC pada 23 Februari 2015 lalu kembali mengadakan tender LPG yang terdiri dari 22.000 MT butane dan 22.000 MT propane. Namun ISC-Pertamina menabrak aturan yang mereka buat sendiri. Pasalnya, dalam penawaran tender ke peserta disebutkan untuk pricing dan loading bulan April 2015. Namun, ISC-Pertamina justru memenangkan Total dengan pricing Maret 2015.

Dari data yang diterima Aktual, terdapat kerugian perusahaan Pertamina dan negara mencapai USD400.000 atau sekitar Rp5,2 miliar. Perhitungan kerugian berdasarkan atas perbedaan harga CP Aramco pada bulan Maret 2015 di harga USD480/MT dan bulan April 2015 di harga USD465/MT.

Artikel ini ditulis oleh:

Eka