Ichsanuddin Noorsy (Foto: Aktual)

Jakarta, Aktual.com — Pengamat ekonomi dan kebijakan publik, Ichsanuddin Noorsy menyatakan bahwa merosotnya harga minyak dunia yang terus menerus akan berdampak pada penerimaan negara khususnya di sektor migas dan pajak migas.

“Fluktuatif dan menurunnya harga minyak dunia, tentu akan berdampak pada penerimaan negara. Sebagai contoh PPh Migas tidak akan tercapai, pada PNBP minyak dan gas, juga pada persoalan PNBP mineral dan batubara, karena harga batubara juga ikut ambruk. Dalam bahasa sederhana, target pendapatan APBN 2016 tidak akan tercapai di posisinya,” papar Noorsy kepada Aktual.com, Rabu malam, (27/1).

Noorsy mengungkapkan, kalau target pendapatan APBN 2016 tidak tercapai namun pemerintah tetap ingin mengejar pertumbuhan, maka jalan yang dilakukan oleh pemerintah adalah menerbitkan surat utang.

“Padahal beban utang kita sudah tinggi, dimana dari seluruh pendapatan PDB kita, 35 persen hanya dipakai untuk bayar utang. Ini tentu menjadi masalah buat bangsa ini,” ungkapnya.

Jika itu terjadi, tentu akan berdampak pada sektor lain misalnya kinerja pembangunan. Akan berat menurunkan angka pengangguran yang saat ini sudah mencapai 6 persen, berat akan menurunkan angka kemiskinan yang sudah 11,5 persen, dan berat menurunkan ketimpangan yang sudah 0,432 persen.

Di sisi lain, lanjut Noorsy, kita akan melihat bahwa orang kaya akan makin kaya.

“Artinya saya ingin tegaskan bahwa dampak harga minyak ini akan melebar ke mana-mana,” lanjutnya.

Inflasi akan terjadi karena dorongan belanja. Kalau inflasi karena dorongan belanja itu artinya harga-harga akan ikut naik. Ini akan mempengaruhi kinerja pembangunan.

“Yang terjadi adalah hanya akan terjadi pertumbuhan-pertumbuhan di kawasan tertentu, yang bersumber dari utang luar negeri pada basis infrastruktur,” beber Noorsy.

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan