Jakarta, Aktual.com – Kinerja PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk sampai kuartal I-2017 masih relatif positif dengan capaian laba mencapai Rp3,23 triliun atau tumbuh sebesar 8,5 persen dibanding periode yang sama di tahun lalu. Namun, kinerja ini ternyata masih mencatatkan rasio kredit macet atau non performing loan (NPL) cukup tinggi. Hingga kuartal I, NPL gross masih mencapai 3 persen.
“Kenaikan NPL itu masih merupakan bagian dari kredit lama, bukan kredit baru. Makanya perseroan melakukan restrukturisasi ada yang sukses ada juga yang gagal,” jelas Direktur Utama BNI, Achmad Baiquni, di kantornya, Jakarta, Rabu (14/4).
Proses restrukturisasi yang paling besar, kata dia, adalah terhadap kredit macet PT Trikomsel Oke Tbk.
“Untuk Trikomsel ini jumlahnya sangat besar mencapai Rp1,3 triliun. Jadi signifikan. Ada juga yang bentuknya non performing asset. Dan satu lagi perusahaan yang default sebesar Rp300 miliar. Cuma proses PKPU ini merugikan pihak bank (BNI). Karena jangka waktunya panjang dan bunganya rendah,” tandas dia.
Menurut Baiquni, sampai saat ini, kasus Trikomsel ini masih dalam mekanisme penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU). Namun, mekanisme PKPU ini penyelesaiannya masih belum menguntungkan pihak BNI.
“Tapi ini kasus Trikomsel ini, kita perlu yakinkan atas NPL Trikomsel itu, BNI telah bentuk CKPN di 2016. Sehingga di posisi rugi-laba ini, kita sudah ada pencadangan,” katanya.
Capaian laju kredit di kuartal I-2017 ini, ada pertumbuhan yang cukup tinggi mencapai 21,4 persen dari Rp326,74 triliun pada kuartal I-2016 menjadi sebesar Rp396,52 triliun di kuartal I-2017.
Dari total kredit itu, kata dia, masih didominasi oleh kredit ke korporasi dengan porsi 23,7 persen. Dengan rincian, ke sektor manufaktur (22,8% dari total kredit bisnis korporat); Pertanian (19,8%); transportasi, pergudangan, dan komunikasi (8,5%); konstruksi (6,2%); kelistrikan, gas, dan air (13,7%); serta pertambangan (5,9%).
“Dari sektor-sektor itu, NPL terbesar adalah di sektor transportasi, pergudangan, dan komunikas. Posisi NPL-nya hampir di 1,3 persen,” ungkap Baiquni.
(Busthomi)
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan