Jakarta, Aktual.com – Sekjen DPP PKB Abdul Kadir Karding memprotes tuduhan terdakwa kasus Penistaan agama Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang menyatakan bahwa keluaranya fatwa MUI tentang penistaan Al Qur’an karena adanya “Telepon” dari Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kepada Ketua MUI KH Ma’ruf Amin.
Ia pun mengingatkan, KH Ma’ruf Amin bukan hanya Ketua Umum Majlis Ulama Indonesia (MUI) tapi juga Rois Am PBNU yang dipercaya sebagai kiai yang alim dan jujur.
“Tuduhan Ahok yang disampaikan dengan nada keras, bahwa kiai berbohong, sungguh tak patut,” ujar Karding di Jakarta, Rabu (1/2).
Ia pun memastikan, bahwa santri dan warga NU akan berdiri di belakang KH Ma’ruf Amin, jika Ahok dan tim advokasinya melaporkan Rais Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB-NU) itu ke polisi akibat kesaksiannya dalam persidangan yang digelar pengadilan negeri Jakarta Selatan, Selasa (31/1) kemarin.
“Kiai Ma’ruf Amin tidak perlu khawatir akan rencana Ahok menuntut beliau karena kami, santri dan warga NU akan berdiri di belakang kiai,” tegas Karding.
Sementara, soal tudingan Ahok dan tim advokasinya bahwa Kiai Ma’ruf Amin secara politik condong pada salah satu calon Gubernur DKI Jakarta, menurut Karding itu adalah taktik Ahok untuk mempengaruhi opini khalayak luas dengan moment sidang yang mendakwa dirinya dengan kasus penodaan agama. Taktik itu, kata Karding, bisa saja berhasil membangun opini publik. Namun juga berisiko memicu dan memperluas ketegangan ke tengah-tengah masyarakat.
Menurutnya, membangun opini bahwa Kia Ma’ruf Amin mendapatkan pesanan dari salah satu kandidat calon gubernur DKI, gara-gara menerima kunjungan pasangan calon tersebut di PBNU, sangat berisiko menyinggung kaum nahdliyin yang merasa integritas kiai yang dihormatinya dirong-rong dengan rangkain cerita yang mengada-ada.
“Ada yang silaturrahim ke kiai di PBNU, ya diterima. Bahkan kalau Ahok datang ke PBNU untuk bertemu Kiai Ma’ruf Amin, saya yakin beliau juga akan menerima. Kiai tak lazim menolak kunjungan silaturrahim,” terang Karding.
Karenanya, membangun opini dengan cerita gara-gara menerima kunjungan salah satu calon, berarti berpihak, bersekongkol untuk menjegal Ahok, menurut Sekjen DPP PKB itu, sungguh dapat dianggap melecehkan integritas kiai Ma’ruf Amin, dan kiai-kiai NU lainnya. Serta telah melampaui batas.
“Mohon Ahok dan tim pengacaranya jangan sampai terkesan membuat drama-drama yang berpotensi memperluas ketegangan ke masyarakat luas,” pungkasnya.
Laporan: Nailin In Saroh
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid