Jakarta, Aktual.co — Anggota DPR RI yang juga merupakan santri Nahdlatul Ulama (NU), Muhammad Misbakhun berpandangan bahwa keinginan NU yang berawal berbasis santri untuk menjadi moderat, bukan hal baru bagi dirinya.
Menurut dia, NU yang berbasis terhadap sebuah ketaatan kepada nilai-nilai Islam kultural, sehingga simbol-simbol Islam kultural itu menyebut dirinya sebagai santri. Namun, NU juga tidak terlepas dari Islam kebangsaannya dalam bernegara.
“Mereka (santri NU) bisa hadir dalam semua aspek kehidupan masyarakat dalam sebuah bentuk yang lebih, karena kultural dan kebangsaan itu sebuah pripsip moderat, dan itu adalah NU,” kata Misbakhun ketika berbincang dengan Aktual.co, beberapa waktu lalu, di Jakarta, Selasa (17/3).
“Mereka bisa hadir sebagai anggota DPR, Birokrat, Relawan, Wartawan, dan identitas itu tidak hilang kultur keindonesiannya, sehingga ada nilai kebangsaannya, namun ketaatannya terhadap agama tetap terjaga,” tambahnya.
Oleh karena itu, sambung Politisi Golkar ini bukan menjadi hal baru, bila NU mengarah kepada pemikiran moderat, sebab meski berbasis kesantrian, pemikiran dan ajaran moderat yakni tentang kebangsaan yang sudah melekat kepada organisasi Islam tertua di Indonesia ini.
“Sehingga bukan hal yang baru, dimana kehidupan para kiai dan ulama, dan itu sudah dipraktekan ratusan tahun, sistem kehidupan berbangsa kita sebelum merdeka dan setelah Indonesia merdeka. Lihatlah bagaimana cara lahirnya pesantren, bagaimana Islam menembus batas kultural Jawa manapun dan identitas kulturnya tetap ada,” pungkasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Novrizal Sikumbang