Petugas Bank Mandiri menunjukkan pecahan uang rupiah dan dollar Amerika Serikat di Jakarta, Jumat (18/3). Nilai tukar rupiah melanjutkan penguatannya dengan terapresiasi 0,27 persen atau 35 poin ke level Rp13.040 per dolar AS pada pembukaan perdagangan Jumat (18/3). ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf/nz/16.

Jakarta, Aktual.com – Laju mata uang rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (USD) dalam perdagangan hari ini masih akan berada di tren depresiasinya. Karena belum ada katalis positif dari dalam negeri. Sementara di sisi lain, kondisi USD sendiri tengah berada di area penguatannya, sehingga memberikan sentimen negatif bagi pergerakan rupiah yang kembali melanjutkan pelemahan.

“Rupiah masih terlihat minim sentimen. Sehingga ruang pelemahan lanjutan masih sangat terbuka. Diharapkan, rilis data-data dalam negeri dapat positif untuk menahan pelemahan lebih lanjut,” tegas analis PT NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada dalam analisis hariannya, Senin (15/8).

Menurut Reza, stabilnya data klaim pengangguran mingguan di AS membuat USD kembali mengalami penguatan terhadap sejumlah mata uang global, termasuk rupiah.

Apalagi memang, stabilnya data ketenagakerjaan itu akan memberikan ruang bagi The Fed untuk menaikan suku bunganya. “Terlebih lagi bila kemungkinan inflasi bergerak lebih tinggi, akan lebih memperkuat laju kenaikan USD,” tegas dia.

Makanya, saat ini posisi pelaku pasar masih menunjukkan sikap ambil posisi terhadap USD. Di mana menjelang adanya rilis data penjualan ritel, indeks harga produsen, dan tingkat keyakinan konsumen di AS, membuat terjadinya penguatan USD.

Sehingga laju rupiah pun diperkirakan masih cenderung kembali terkonsolidasi. Untuk dalam rentang supportnya akan di kisaran 13.126 serta resistennya di level 13.092.

“Tetap cermati sentimen yang ada dan waspadai pelemahan lanjutan yang mungkin terjadi,” tandas dia.

Sebelumnya, pihaknya menyampaikan wacana pemangkasan anggaran sebanyak Rp133,8 triliun telah membuat laju rupiah masih dimungkinkan melanjutkan pelemahannya. Sehingga memengaruhi pelaku pasar untuk bersikap menjauhi pasar. Pasalnya, kebijakan itu menjadi sentimen negatif dan membuat pelemahan rupiah.

“Terlebih di saat yang sama, laju USD yang masih cenderung kuat akan membuat laju rupiah kian terbatas menuju penguatannya,” pungkas dia.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Eka