Denpasar, Aktual.com — Pemerintah Kota Denpasar berupaya melestarikan kebudayaan Bali, salah satunya dengan lomba “Nyurat Lontar” atau menulis di atas daun lontar atau enau dengan aksara Bali di Lapangan Puputan Badung.

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Denpasar, Nyoman Ngurah Jimmy Sidartha, Jumat (4/12) mengatakan, bahwa pada zaman modern seperti saat ini banyak masyarakat Bali melupakan kebudayaan Bali. Untuk melestarikan kebudayaan Pulau Dewata adalah dengan menyelenggarakan lomba “Nyurat Lontar”.

Jimmy mengatakan Pemerintah Kota Denpasar sangat konsen dalam melestarikan kebudayaan Bali salah satunya melestarikan aksara Bali. Karena Bahasa Bali merupakan kharisma (taksunya) Bali.

Ia berharap, kepada peserta lomba dan generasi muda agar tidak melupakan aksara Bali dimana pun berada, karena bahasa Bali adalah bahasa ibu yang patut dilestarikan.

Lebih lanjut, Jimmy mengatakan pelestarian kebudayaan Bali merupakan tanggung jawab bersama seluruh masyarakat Denpasar, karena tanpa partispasi masyarakat, maka pemerintah tidak akan maksimal dalam melestarikan kebudayaan Bali.

“Atas partisipasinya saya ucapkan terimakasih kepada para peserta dan para guru karena telah ikut serta melestarikan kebudayaan Bali melalui lomba ini. Untuk itu saya harapkan agar peserta tidak semata-mata mengutamakan juara, tetapi bagaimana agar keterampilan menyurat lontar dan menulis aksara Bali dapat disenangi generasi muda,” ujarnya memaparkan.

Kepala Bidang Bina Program Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Denpasar I Made Merta membenarkan bahwa lomba ini untuk melestarikan kebudayaan Bali dan mengevaluasi aktivitas muatan lokal serta keterampilan siswa se-Kota Denpasar.

Ia juga mengakui lomba “Nyurat Lontar” ini dilakukan karena tidak semua guru berlatar belakang guru Bahasa Bali. Dengan demikian pihaknya menggelar lomba “Nyurat Lontar” dengan harapan aksara Bali lebih diminati oleh masyarakat.

Lomba “Nyurat Lontar” diikuti sebanyak 140 peserta mulai dari tingkat SD hingga SMA/SMK. Peserta akan merebutkan juara I hingga III. Untuk kriteria penilaian lomba ini adalah kerapian, pasang aksara yang benar, bentuk aksara, tetuwek atau kedalaman tulisan.

Tim lomba mendatangkan juri dari dosen UNHI, Universitas Warmadewa, Universitas Dwijendra dan pengamat kebudayaan Bali.

Artikel ini ditulis oleh: