Jakarta, Aktual.co — Presiden Amerika Serikat Barack Obama (24/1) mengutuk keras pembunuhan salah satu sandera Jepang oleh kelompok Negara Islam (IS) .

Pembunuhan itu sendiri diumumkan melalui sebuah video, yang keasliannya belum dipastikan secara resmi.

Selain Obama, Perdana Menteri Inggris David Cameron juga mengutuk “pembunuhan barbar” oleh kelompok tersebut dan menyiratkan bahwa intelijen Barat telah memastikan video yang diterbitkan dalam jaringan internet itu memang asli.

Rekaman selama hampir tiga menit itu menunjukkan gambar Kenji Goto sedang memegang foto jenazah Haruna Yukawa dan terdengar suara Goto yang menyampaikan tuntutan kelompok IS untuk bertukar tahanan sebagai syarat pembebasannya.

Video itu tidak dipasang di saluran-saluran resmi manapun milik kelompok itu dan tidak menampilkan bendera hitam-putih mereka. Niat untuk mengeksekusi Yukawa juga tidak ditunjukkan.

Layanan pemantauan berpusat di AS, SITE, mengatakan pihaknya dapat memastikan bahwa video itu memang dikeluarkan resmi oleh IS.

Pemastikan didapatkan melalui penelitian dan pemahaman infrastruktur daring kelompok tersebut serta militan-militan lainnya.

Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, yang “kehilangan kata-kata”, mengutuk “kekerasan yang tidak dapat diterima” oleh para militan itu.

Sementara itu, Jepang sedang berjuang untuk memastikan keaslian video.

Menyusul dilakukannya sidang darurat di antara para menteri senior, Abe menuntut agar Goto segera dibebaskan dan menyatakan tekad bahwa pemerintahannya akan melakukan “apapun yang bisa dijalankan” untuk membebaskannya.

Obama mengatakan Amerika Serikat “mengutuk keras pembunuhan brutal” terhadap Yukawa dan AS berdiri “secara berangkulan dengan sekutu kita Jepang.” Beberapa pendukung kelompok IS di saluran-saluran media sosial memperdebatkan kebenaran video tersebut, sementara direktur Observatorium untuk Hak-hak Asasi Manusia, Rami Abdel Rahman, mengatakan negosiasi bagi pembebasan kedua sandera masih berlangsung.

“Masyarakat intelijen sedang berupaya memastikan keaslian (video),” kata wakil juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS Patrick Ventrell dalam sebuah pernyataan.

Jika dipastikan, kematian Yukawa itu menandai tragedi besar bagi Jepang, yang berada di posisi sulit sejak kelompok Negara Islam pada Selasa mengeluarkan video untuk menuntut pembayaran tebusan senilai 200 juta dolar AS (Rp2,49 triliun) dalam waktu 72 jam.

Sejak tenggat waktu berakhir pada Jumat pukul 13.30 WIB, tidak ada kabar mengenai nasib Goto, seorang wartawan lepas, ataupun Yukawa, kontraktor swasta.

Artikel ini ditulis oleh: