Pengamanan jelang kedatangan Presiden ke-44 Amerika Serikat Barack Obama. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com – Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia ( EWI) Ferdinand Hutahaean mendorong pemerintahan Presiden Jokowi untuk fokus pada dua isu besar terkait dengan berakhirnya kontrak karya PT Freeport Indonesia pada 2021 nanti.

Hal itu menanggapi dugaan bahwa kedatangan mantan Presiden Barack Obama ke Indonesia sangat kental berkaitan dengan nasib kedepan perusahaan Amerika Serikat yang berada di tanah Papua tersebut.

Terlebih, berhembusnya isu jika sebuah perusahaan tambang Cina Zijin Mining Group Company Limited yang siap ambil alih Freeport dari Amerika Serikat

“Sebaiknya pemerintah lepaskan isu kepentingan politik dari Freeport, kedua negosiasi secara benar untuk peningkatan royalti dan pembangunan smelter,” kata Ferdhinand saat dihubungi aktual.com, di Jakarta, Rabu (4/7).

“Dua topik ini yg paling utama. Divestasi itu urusan belakangan karena toh saat ini kita tidak punya dana untuk membeli,” tambahnya.

Masih dikatakan Ferdinand, dalam kondisi saat ini kepentingan Presiden Jokowi secara politik tentu sangat menguntungkan. Sebab, sambung dia, jika presiden berhasil menggeser (kepemilikan) Freeport sekarang image yang terbangun seolah Jokowi berani , padahal jika berpindah ke Cina sama saja artinya lepas dari mulut buaya masuk mulut singa.

“Segala kemungkinan bisa saja terjadi terlebih jika Cina menawarkan harga pembelian diatas ekspektasi Freeport, tapi resikonya tidak ringan terutama menyangkut tenaga kerja karena Cina selalu mengikutkan syarat tenaga kerja dalam setiap investasinya,” pungkas mantan relawan Jokowi itu.

Laporan: Novrizal Sikumbang

Artikel ini ditulis oleh:

Novrizal Sikumbang
Andy Abdul Hamid