Suriah telah berulangkali membantah tuduhan Barat mengenai penggunaan senjata kimia, dan Damaskus menuduh Barat memalsukan tuduhan untuk menekan pemerintah agar menyerahkan konsesi lebih banyak.
Pada akhir Juni Amerika Serikat mengatakan Pemerintahan Presiden Bashar al-Assad diduga tidak mengacuhkan peringatan yang telah dikeluarkan, untuk tidak melakukan serangan senjata kimia setelah AS mengatakan bahwa pihaknya melihat kemungkinan adanya persiapan serangan dengan menggunakan senjata kimia lain.
Pemerintah Barat, termasuk AS, mengatakan Pemerintah Suriah berada di balik serangan gas kimia di kota Khan Sheikhoun pada April, sehingga menewaskan puluhan orang. Sebagai tanggapan, Washington menembakkan peluru kendali jelajah ke pangkalan udara yang menurut AS merupakan tempat serangan itu dilancarkan. Pemerintah Suriah membantah berada di balik serangan tersebut.
Pada 1 Juli, Pemerintah Suriah juga membantah laporan dari pengawas senjata kimia internasional yang mengatakan bahwa terjadi penggunanaan zat sarin, yang terlarang, dalam serangan pada April terhadap kota Khan Sheikhoun, pengawas senjata itu mengatakan mereka tidak memiliki kredibilitas apapun.
Penyelidikan gabungan PBB dan OPCW menemukan bukti bahwa pasukan Pemerintah Suriah bertanggung-jawab atas tiga serangan gas klorin pada 2014 dan 2015 serta petempur IS menggunakan gas mustar.
Kelompok gerilyawan Suriah juga telah menuduh militer menggunakan gas klorin ketika melawannya awal Juli dalam pertempuran di Damaskus Timur, dan militer Suriah dengan cepat membantah dengan menyebutnya rekayasa.
Kelompok Failaq Ar-Rahman mengatakan lebih dari 30 orang menderita sesak napas akibat serangan di Ain Tarma, Wilayah Ghouta Timur, tempat pasukan pemerintah berusaha menaklukkan kelompok gerilyawan.
ant
Artikel ini ditulis oleh:
Nebby