Jakarta, Aktual.com-Ketika malam tiba udara dingin perlahan menyelimuti tanah tanah kering dan membasahinya menjadi embun di pagi hari. Suara suara jangkrik, kumbang dan katak di tepian rawa pun saling sahut menyahut terdengar seperti irama, lantunan khas kehidupan binatang semak belukar, tak ketinggalan ikut riuh suara suara burung malam yang tak pernah sepi mendendangkan kicauannya terus bernyanyi dan mengoda langit cerah perlahan lahan, muncul cahaya di ufuk timur sang fajar yang memesona keindahan horison langit yang menjadi harapan bagi kehidupan dimuka bumi ini.

Sementara embun yang tipis dan halus di waktu subuh merambat pelan perlahan menyentuh tangan tangan kasar dan kaki kaki tanpa beralas mulai dan siap bergegas menuju ladang, kebun, tambak, dan pasar pasar tradisional. Tak perlu ditanya dan tak perlu disangka lagi apa yang mereka biasa kerjakan di setiap pagi orang orang di pedesaan itu. Yang pasti mereka bertani, berkebun, berternak dan melaut. Mereka para rakyat kecil yang sangat sederhana namun punya nilai dan komitmen yang tinggi atas pekerjaan mereka. Mereka orang kecil di sektor perdesaan mampu memberi sumbangan bagi perekonomian nasional walaupun tidak siqnifikan.

Demikian halnya dengan geliat para pekerja di perkotaan pun mereka juga sama halnya berjibaku untuk bisa bertahan hidup ditengah derasnya persaingan yang keras.. Mereka harus melawan waktu dan rasa penat untuk sampai kembali ke tempat tempat kerja. Mereka bergerak dari rumah dengan beragam moda kaki alat transportasi untuk sampai ke tempat kerja tepat waktu. Mereka juga sama seperti diperdesaan menyumbangkan produktifitas mereka disektor jasa, properti, birokrasi, hiburan, perdagangan, dll. Dan tak pernah henti hentinya mereka berdenyut dan dipaksa kencang melaju siang dan malam hari, ibarat beraktivitas bersama kotanya yang tak pernah tidur. Mereka orang orang kota pun punya ritme, irama, lagu, atau Ode (Nyanyiannya sendiri), yaitu nyayian kebahagian ketika memulai rutinitasnya di perkotaan yang riang gembira, mereka menatap hari esok yang penuh dengan optimis, demikian halnya lantunan dengan binatang binatang malam yang bersuara dengan bernyanyi bersama naluri nalurinya dalam kerumunan, mereka berdendang ria sebagai makhluk Tuhan yang berhak hidup dan bernyanyi.

Ode atau Oda adalah syair lirik berisikan semangat pujaan dalam nada agung dan serius. Ode berasal dari kata Yunani yang berarti nyanyian. Dulu biasanya Ode dinyanyikan dalam paduan suara diiringi tarian drama drama Yunani kuno. Terkadang Ode dalam kepenyairan dipakai dengan gaya yang panjang lebar, bahasa yang tertib, tulus, imajinatif, dan intelektual. namun dalam perkembangannya Ode kemudian tidak hanya menjadi pujian, syair. namun juga menjadi syair untuk perantauan, syair untuk perjuangan, syair untuk kepahlawanan, menjadi syair untuk semangat hidup, di dalam keluarga dan di dalam bangsa kita sendiri. Sepintas terlihat seperti ‘hymne’ yang lebih lembut dan tidak berkobar kobar dalam intonasi maupun rimanya.

Orang tua kita, nenek dan moyang kita telah lebih dahulu melantunkannya menjadi syair perjuangan kemerdekaan seperti lagu ‘Halo halo Bandung’ dan syair kebudayaan tanah leluhur mereka (lagu lagu daerah)seperti dalam syair syairnya lagu daerah Nusantara yang sering dibawa dalam perantauan di kota kota pun juga di kampung, yang bisa juga sebagai syair lantunan lagu pengantar tidur saat kita masih kecil.

Seiring dengan berkembangnya zaman, teknologi dan ilmu pengetahuan yang melahirkan alat musik beserta tekniknya (komposisi), seperti penemuan note balok atau partitur semakin memberi kasanah luar biasa pada sebuah nyanyian (Ode) yang dikombinasikan dalam sebuah komposisi alunan nada nada yang indah mengiringi jiwa dan pikiran semangat hidup dalam peradabanan manusia sampai sekarang ini.

Ode dan Komposisi nada semakin dahsyat ketika bertemu dan menemukan Maha Karya Tuhan yang tersingkap dan tersembunyi pada diri Bethoven, Bach dan petikan gitar F. Tarega, adalah pita pita kecerdasan yang melampaui zamannya, lantunan lantunan mereka sekarang ini tersimpan dalam pita pita suara digital dalam kepingan kepingan CD.

Mungkin burung burung, kumbang, katak dan jangkrik tadi itu yang lebih dahulu hadir yang menginspirasi bakat bakat alam bawah sadar mereka para komposer dan pencipta syair. Sebab kicauan dan Ode mereka yang telah lebih dahulu bersiul dan bernyanyi dengan komposisi nada nada suara yang indah..

Sekarang ini, Ode tidak hanya sebagai syair ia pun telah menjadi bingkisan kado untuk bisa dinikmati dan dikenang, bahkan untuk dihayati dalam dalam menjadi apa arti sebuah bingkisan lagu/nyayian ?. kado itu pun akan berbicara memberi inspirasi, kesan, untuk mengajak orang orang yang kita cintai dan khalayak untuk bersama sama menikmati hasil manfaat dari jerih payah, tenaga, pengorbanan, waktu dan kasih sayang itu sudah menjadi sebuah Bingkisan (Ode) Kebahagian bersama dalam suka maupun duka.

Di ulang tahunnya yang ke- 4 Orkestra, tepatnya pada tanggal :
14 Februari 2018.

Orkestra berkeinginan menyumbangkan kado (Ode) kepada Bangsa Indonesia tercinta.

Kado untuk Bangsa Indonesia dari Kami ‘Organisasi Kesejahteraan Rakyat’ (Orkestra).
Yaitu beberapa Syair Nyanyian Himne dan Mars ;

Himne Orkestra

Kesejahteraan Rakyat
Cita cita Indonesia
Wujudkan sila ke lima
Dasar Negara kita

Jaga mandat konstitusi
Menuju hidup harmoni
Dan Solidaritas hakiki

Orkestra…Nyanyian Rakyat Kecil
Sampai daerah terpencil
Orkestra…Nyanyian Rakyat Kecil
Sang Pembela orang kecil

Mars Orkestra

Semangat sosial
Dan gotong royong
Adalah semangat kami
Membangun bangsa

Bahu membahu
Saling menolong
Mengangkat kehidupan jadi bermakna

Organisasi kesejahteraan rakyat
Bercita cita mulia
Cinta damai sentosa
Menuju Indonesia Jaya

Penulis : Ketua DPD Orkestra Jabar
Radius Anwar

Artikel ini ditulis oleh:

Bawaan Situs