Jakarta, Aktual.co — Lima ogoh-ogoh dari Kabupaten Sleman ikut menyemarakkan Kirab Budaya Ogoh-ogoh dalam rangka memperingati hari raya Nyepi tahun baru saka 1937 yang digelar Panitia Nyepi Daerah Istimewa Yogyakarta, di sepanjang Jalan Malioboro hingga Alun-alun Utara. Jumat (20/3) mendatang.

“Peserta pawai kesenian tradisional ini, merupakan perwakilan dari masing-masing grup yang ditunjuk Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman,” kata Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman Endah Sri Widiastuti, Selasa (17/3).

Menurut dia, lima kontingen yang menampilkan ogoh-ogoh tersebut adalah ogoh-ogoh dari upacara adat Saparan Bekakak Gamping, ogoh-ogoh kuda dari kelompok Jatilan Dusun Daratan, Minggir, ogoh-ogoh ayam jago dari sentra kuliner ayam goreng “Kalasan”, ogoh-ogoh PHRI Sleman dan ogoh-ogoh HPI Sleman.

“Mereka nanti akan dikawal bregodo atau pasukan tradisional dari upacara adat Saparan Bekakak, Gamping,” katanya.

Ia mengatakan, dalam kirab budaya yang digelar di halaman Kantor Gubernur DIY Kepatihan sekitar pukul 14.30 WIB tersebut juga melibatkan peserta dari seluruh Pura di Sleman, Yogyakarta dan Bantul, Kabupaten Gunung Kidul dan kelompok lintas agama serta pasukan bregodo dari Sleman.

“Dari Kepatihan kemudian bergerak menuju titik nol kilometer (simpang empat Kantor Pos) dan berakhir di Alun-alun Utara,” katanya.

Endah mengatakan, kirab tersebut juga akan dimeriahkan ogoh-ogoh yang sebelumnya mengikuti upacara Tawur Agung di pelataran Candi Pramvanan, yang rencananya juga dihadiri Presiden Joko Widodo.

“Selama menunggu ogoh-ogoh dari Prambanan, kontingen Sleman yang berkumpul di area parkir timur Monumen Jogja Kembali pada pukul 13.30 – 14.30 WIB sudah mulai melakukan perjalanan dan atraksi dari simpang empat Monumen Jogja Kembali sampai pertigaan Jalan Condrolukito,” katanya.

Setelah datang ogoh-ogoh dari Prambanan, kemudian dilanjutkan perjalanan berinringan dengan kendaraan menuju Kepatihan.

Endah mengatakan, tujuan dari kirab budaya ini adalah untuk mengembangkan agenda pariwisata dan membangun keharmonisan di antara umat beragama dengan momentum Hari Raya Nyepi.

“Kegiatan ini juga untuk melestarikan dan memberdayakan seni/tradisi rakyat yang berupa ogoh-ogoh, serta memberikan ruang ekspresi dan aktualisasi bagi pelaku seni tradisi,” katanya.

Ia mengatakan, kegiatan tersebut diharapkan dapat menciptakan iklim kreatif bagi pengembangan seni tradisi, mengembangkan objek wisata seni budaya serta mengembangkan dan menciptakan agenda pariwisata.

“Namun yang lebih dari itu adalah upaya untuk menjadikan upacara keagamaan sebagai sarana pemersatu umat dalam keberagaman kolaborasi seni sebagai daya dukung objek dan daya tarik wisata, mengingat Yogyakarta adalah pusat daerah seni dan budaya, pusat pariwisata/wisata dan daerah toleransi di tengah kebinekaan,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh: