Jakarta, Aktual.com – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus menggenjot kualitas sumber daya manusia (SDM) sektor perbankan dalam rangka diberlakukannya ASEAN Banking Integration Framework (ABIF) pada 2020 nanti.

Apalagi memang, dengan peningkatan kualitas SDM itu tak hanya untuk memenangkan persaingan, tapi juga untuk menghindari masalah-masalah di perbankan yang biasanya terjadi karena kualitas SDM yang rendah.

“Itulah pentingnya SDM. Karena jika kita lihat statistik, bank-bank yang bermasalah itu karena kualitas SDM yang rendah,” tandas Ketua OJK, Muliaman D Hadad, di acara ‘Persiapan SDM Perbankan Indonesia dalam ASEAN Financial Service dan Banking Integration 2020’ di Jakarta, Kamis (13/10).

Apalagi memang, kata dia, jika SDM kuat juga akan bisa memenangkan banyak persaingan. “Jadi kita perlu berpikir untuk kembangkan SDM dan revitalisasi proses peningkatan SDM ini. Makanya, saya katakan masalah SDM ini penting,” tegas Muliaman.

Meski begitu, kata dia, peningkatan SDM itu terkait juga dengan masalah lain, seperti teknologi, bisnis proses, dan kultur.

Apalagi perkembangan teknologi ini menjadi salah satu faktor penting yang bisa dimanfaatkan untuk menggenjot bisnisnya. Dan saat ini sudah menjadi tuntutan yang tak bisa dihindari.

Dan dalam pengembangan SDM ini, OJK juga bakal merevitalisasi peran Direktur Kepatuhan.

“Kami perluas jadi Direktur Kepatuhan dan penerapan prinsip-prinsip governance yang baik karena sering ada jarak antara  penerapan governance yang baik dengan kepatuhan itu,” tandas dia.

Untuk itu, pihaknya akan mengundang direktur kepatuhan dan asosiasi perbankan. Dan penerapan prinsip-prinsip aturan ini harus diyakini di institusi perbankan masing-masing.

“Karena patuh tapi tidakk governance dalam implikasinya juga akan menimbulkan kisruh. Saya rasa perlu model-model pertemuan seperti ini untuk peningkatan SDM kita,” ujar Muliaman.

Menurutnya, dengan peningkatan kualitas SDM ini, perbankan nasional bisa merespon tantangan tersebut. “Sehingga kita bisa memanfaatkan pasar kita yang besar untuk jadi lokomotif industri nasional. Dan ini juga menjadi concern kita untuk mengatasi kemiskinan dan ketimpangan yang ada,” jelas Muliaman.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Eka