Jakarta, Aktual.com – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai risiko bagi bisnis perbankan sudah mulai berkurang di triwulan IV-2016, ditandai dengan menurunnya rasio kredit bermasalah dan perkiraan permintaan kredit yang membaik di sisa tahun.
“Rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) turun per September jadi 3,1 persen (gross) dan pertumbuhan kredit sudah menggeliat lagi,” kata Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman Hadad di sebuah seminar di Jakarta, Senin (7/11).
Muliaman menilai, dengan mulai turunnya rasio kredit bermasalah, kekhawatiran perbankan juga berkurang, sehingga perbankan perlu “jor-joran” dana mengalokasikan biaya pencadangan. Pada Agustus 2016, NPL perbankan tercatat sebesar 3,2 persen.
Meskipun demikian, Muliaman mengaku enggan terlalu optimistis. Dia mengatakan perbaikan bisnis perbankan akan sangat tergantung dengan pemulihan kondisi ekonomi di triwulan terakhir ini.
“Tapi kita akan lihat lagi karena pertumbuhan ekonomi bisa dibilang belum terlalu fantastis. Tapi tren positifnya sudah keliatan. NPL turun, penyaluran kredit naik,” ujarnya.
Muliaman mengatakan perbaikan penyaluran kredit bersumber dari segmen ritel. Dengan adanya tren positif di industri perbankan, Muliaman mengaku, ada peluang NPL dapat turun ke bawah 3,1 persen (gross) pada 2017.
“Pelan-pelan bisa,” ujar dia.
Jika berkaca pada sepanjang tahun berjalan hingga triwulan III-2016, Muliaman mengaku, memang banyak tantangan yang menghadang kinerja bisinis bank. OJK pun sudah meminta perbankan untuk memitigasi risiko, jika terdapat potensi kenaikan NPL.
Di triwulan IV-2016, OJK melihat selain masih adanya tantangan dari proses pemulihan ekonomi domestik, tantangan juga datang dari dinamika ekonomi global seperti sentimen dari Pemilihan Presiden Amerika Serikat pada 8 November 2016, dan ekspetasi kenaikan suku bunga The Federal Reserve di Desember 2016.
Muliaman mengatakan pihaknya sudah mengantisipasi potensi pengetatan likuiditas perbankan, jika terjadi arus dana keluar (capital outflow) akibat sentimen kenaikan bunga The Fed.
“Kita pantau terus dan kita antisipasi,” kata dia.
OJK melihat pertumbuhan kredit perbankan hingga akhir tahun akan berkisar di 6-8 persen, jauh lebih rendah dari proyeksi sebelumnya di 12-13 persen.
Sementara, Bank Indonesia melihat kredit perbankan akan tumbuh 7-9 persen pada tahun ini. Pada September 2016, menurut analisa uang beredar BI dalam arti luas, pertumbuhan kredit bank sebesar 6,4 persen (yoy). (ant)
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Eka