Petugas beraktifitas pada sekitar ruang yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (15/7). IHSG ditutup melemah 0,65 persen atau 31,96 poin ke posisi 4,869.85 pada penutupan bursa saham sebelum libur lebaran dan akan kembali diperdagangkan pada Kamis (23/7) mendatang. ANTARA FOTO/Vitalis Yogi Trisna/ed/pras/15

Jakarta, Aktual.com — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tengah menggodok regulasi untuk memudahkan perusahaan skala Usaha Kecil dan Menengah (UKM) untuk dapat melepas sebagian sahamnya ke publik atau initial public offering (IPO). Karena dengan IPO ini UKM dapat menggenjot permodalan.

Namun sayangnya, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Tito Sulistio kurang yakin UKM bisa eksis di pasar modal. Pasalnya, nilai sahamnya dianggap tidak akan menjadi daya tarik bagi investor.

“Siapa investor yang akan beli saham UKM? Tidak ada. Karena investor itu maunya membeli saham untuk perusahaan besar,” cetus Tito di Hotel Dharmawangsa, di Jakarta, Kamis (11/2).

Bahkan Tito juga mempertanyakan bagaimana mimpi besar UKM itu dalam lima tahun ke depan, sehingga akan menarik bagi investor untuk membeli sahamnya.

“Selama ini mimpi besar UKM dalam lima tahun ke depan kurang kuat. Makanya jangan sampai nanti begitu mereka IPO, malah mimpinya itu bagaimana untuk menutup utangnya,” tandas dia.

Akan tetapi, meski pihaknya masih mempertanyakan kemampuan UKM itu, pihak BEI sangat mendukung adanya IPO UKM itu. Untuk itu, agar proses IPO UKM itu bisa berjalan optimal, pihak BEI akan melakukan riset terlebih dahulu, seberapa besar potensi dari IPO UKM itu.

OJK sendiri masih merumuskan aturan terkait batas maksimal aset dari UKM akan diatur di bawah Rp100 miliar. Dengan nilai pendanaan yang diincar maksimal Rp40 miliar.

Artikel ini ditulis oleh:

Arbie Marwan