Petugas Bank Indonesia melayani warga yang menukarkan uang kertas lama dan rusak di Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (26/7). Dalam rangka menjaga kualitas uang beredar di masyarakat, Bank Indonesia menerapkan kebijakan untuk mengganti atau menukar uang tidak layak edar dengan uang yang layak edar, bertujuan untuk menjaga uang Rupiah yang beredar berada dalam kualitas yang baik sehingga mudah dikenali ciri-ciri keasliannya. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan tahun 2018 dan 2019 yang disebut sebagai tahun politik, justru akan memicu laju pertumbuhan ekonomi domestik lebih tinggi karena akan makin banyak aktivitas belanja (spending).

“Biasanya aktiviasnya malah banyak. ‘Spending’ jadi banyak. Kalau soal ekonomi, jadi positif sebenarnya,” kata Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso saat jumpa pers di Kantor Pusat OJK, Jakarta, Kamis (21/12).

Pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak pada tahun 2018 dan Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) 2019 disebut-sebut akan mengganggu stabilitas ekonomi di Tanah Air yang saat ini mulai menemukan momentum perbaikan. Kendati demikian, Wimboh tidak khawatir dengan hal tersebut dan meyakini pertumbuhan ekonomi akan tetap positif.

“Kita sudah pengalaman berkali-kali, jadi kami tidak terlalu ‘worry’, ya,” ujar Wimboh.

Berdasarkan data OJK per November 2017, pertumbuhan kredit mencapai 7,47 persen secara tahunan (year on year/yoy). Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) mencapai 9,83 persen (yoy).

Pada tahun depan, OJK memperkirakan pertumbuhan kredit perbankan akan mencapai 10 sampai dengan 12 persen, tumbuh lebih baik daripada realisasi pertumbuhan kredit tahun ini yang diperkirakan hanya mencapai kisaran 8 s.d. 9 persen.

Otoritas meyakini sejalan dengan membaiknya proyeksi ekonomi domestik pada tahun 2018, kinerja intermediasi perbankan juga diperkirakan akan meningkat.

Pada tahun depan, pertumbuhan ekonomi sendiri ditargetkan mencapai 5,4 persen dalam APBN 2018, meningkat dibandingkan pertumbuhan ekonomi akhir tahun ini yang diprediksi mencapai 5,1 persen.

Apa yang disampaikan Wimboh terkait dengan tahun politik itu sendiri senada dengan apa yang dikatakan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution beberapa waktu lalu yang tidak khawatir tahun politik akan berdampak negatif pada perekonomian Indonesia.

“Sebanyak 171 pilkada tahun depan, malah menjadi berkah secara ekonomi. Setiap kali pemilu, selalu ada hal positif terhadap ekonomi,” kata Darmin.

Dengan adanya pilkada dan juga gelaran Asian Games 2018 di Indonesia, Darmin memprediksi akan memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi sekitar 0,2 s.d. 0,3 persen sehingga pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 5,4 s.d. 5,5 persen pada tahun depan. (ant)

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Eka