Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menyebutkan gangguan keamanan dan juga depresiasi nilai tukar rupiah memang sepatutnya menjadi perhatian regulator. Gangguan keamanan terkait aksi teror bom, kata Agus, memberikan pengaruh kepada investor walaupun minim.

“Aksi teroris bom itu bisa berdampak negatif kalau dipelintir-pelintir. Dan ini bisa buat dana keluar,” ujar Agus beberapa waktu lalu.

Sedangkan depresiasi rupiah disebabkan permasalahan struktural yakni masih defisitnya neraca transaksi berjalan. Tahun ini, BI memproyeksikan defisit neraca transaksi berjalan di 2,3 persen Produk Domestik Bruto atau sebesar 23 miliar dolar AS.

Di pasar spot, rupiah terus diperdagangkan di level Rp14.100 per dolar AS, dan sempat menyentuh level psikologis baru Rp14.200. Level tersebut sudah diakui BI telah jauh melewati nilai fundamental rupiah.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid