Jakarta, Aktual.com – Perayaan Kemerdekaan 80 tahun Indonesia diwarnai dengan berbagai kritik dengan simbol budaya Pop, seperti pengibaran bendera hingga lukisan mural di ruang publik tokoh anime Jepang, One Piece, Monkey D. Luffy oleh masyarakat.
Pengibaran bendera dan pembuatan lukisan mural bendera Jolly Roger atau bendera bajak laut ini mendapat reaksi keras dari mayoritas pejabat negara, yang pernyataanya dianggap sebagai sikap negara seperti apa yang disampiakan Menteri Koordinator Politik dan Keamanan sekaligus mantan kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan.
Respon keras pun disampaikan oleh Wakil Ketua DPRI sekaligus Ketua harian partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad, Menteri Ham Natalius Pigai, Politikus Senior partai Golkar Firman Subagyo hingga Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.
Respon disikapi sebagai sebuah pelarangan disertai tindakan pencopotan bendera ‘One Piece’ di beberapa daerah jelang perayaan HUT RI ke-80, tak hanya itu lukisan Monkey D. Luffy sebagai tokoh kelompok topi jerami yang menampilkan tengkorak dengan topi jerami di atas dua tulang yang bersilang dengan latar warna hitam dan dibuat warga di jalan aspal dan tembok kampung seperti di Sragen, Jawa Tengah pun pun dihapus dengan pengawalan aparat TNI Polri.
Pemerintah berdalih, pemasangan bendera ‘One Piece’ merupakan provokasi memecah belah, mengancam persatuan, tidak nasionalis, bahkan bisa termasuk aksi makar. Betulkah demikian?
Baca Juga:
Dinilai Gerakan Pecah Belah, Ternyata Gibran Pernah Pernah Pakai Pin One Piece Saat Debat Pilpres
Pengamat sosial Amin Tohari menyampaikan, pengibaran ataupun pemasangan bendera ‘One Piece” oleh masyarakat sebetulnya hanya ekspresi yang bernada kritik terhadap pemerintah.
“Ekspresi itu bukan sesuatu yang muncul secara mengada-ada, ada basis realitasnya,” papar Kepala Sekolah Riset Satu Kata ini kepada Aktual.com.
Penggunaan budaya pop sebagai media penyampaian berbagai kritik terhadap pemerintah, seperti pengibaran bendera bajak laut anime One Piece, berbagai mural, grafiti, karya sastra hingga musik oleh masyarakat sebagai sebuah hal yang biasa. Namun kritik satir dan tanpa ada gerakan masa ini seringkali disikapi berbeda oleh penguasa, seperti mengarahkan aparat untuk menurunkan bendara, menghapus gambar hingga pelarangan pertunjukan seni.
“Biasanya senjata-senjata itulah yang digunakan oleh meraka yang merasa kritik itu diarahkan kepadanya. Ya, biasanya para pejabat publik, rezim atau penguasa yang tidak mau kekuasannya tergoyahkan,” ujar Amin.
Menurut Amin, kritik itu sebetulnya tidak melunturkan nasionalisme, malah justeru memperkuat nasionalisme itu sendiri. “Mereka mengkritik hal-hal yang selama ini malah menciderai nasionalisme, ya kasus korupsi, pungli, mafia hukum, dan lainnya,” ucapnya.
Baca Juga:
Polemik Bendera One Piece di Bulan kemerdekaan, Pemerintah dan DPR RI Serukan Persatuan Nasional
Ia pun heran pemerintah seperti merasa terancam dengan hal yang sebetulnya tidak perlu dikhawatirkan secara serius.
“Ini kan tidak mungkin organisasi yang rapih, sistematis, dari atas ke bawah, tidak punya senjata. Kenapa kemudian represif dalam menyikapinya?” tegasnya.
Budaya Pop dan Politik Pranoid Penguasa
Adapun Peneliti Center for Digital Society (CfDS) FISIPOL UGM Yogyakarta Ayom Mratita Purbandani melihat, pengibaran dan pemasangan bendera ‘One Piece’ juga merupakan ekspresi perlawanan simbolik dan bentuk kebebasan sipil, bukan sebagai ancaman negara.
“Ini adalah ekspresi protes yang sifatnya simbolik. Idiom budaya populer digunakan sebagai media kritik, mirip dengan simbol salam tiga jari di Thailand atau semangka yang digunakan sebagai simbol dukungan terhadap Palestina,” ujarnya.
Bentuk perlawanan semacam ini, ucapnya, bersifat spontan, emosional, dan lebih cepat menyebar di media sosial, berbeda dari demonstrasi konvensional. Karena itu, Ayom menilai reaksi pemerintah yang menganggap aksi ini sebagai hal makar terlalu berlebihan.
“Justru menunjukkan adanya political paranoid,” ujarnya.
Baca Juga:
Wakil Ketua DPR RI Sufmi Dasco Ahmad: Tak Perlu Benturkan Merah Putih dengan One Piece
Hal senada disampaikan oleh Pengamat sosial Amin Tohari, ia berpendapat sebetulnya yang ditakutkan bukan nasionalisme menjadi luntur karena ada pengibaran bendera ‘One Piece’ itu. Yang ditakutkan adalah membahayakan kekuasaan yang sedang diduduki.
“Takut kekuasaannya tergoyahkan lalu menjadikan nasionalisme sebagai dalih untuk melegitimasi, agar mereka tidak takut lagi kekuasaannya terancam,” ujarnya.
Disisi lain Guru besar Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Iswandi Syahputra menyikapi polemik pengibaran bendera One Piece yang bersanding dengan bendera Merah Putih menjelang Hari Kemerdekaan RI ke-80. merupakan perjumpaan dua makna yang terkandung dalam rebel dan nasionalisme pada ruang pertemuan perayaan kemerdekaan.
“Ini seperti perjumpaan antara anak muda dan orangtua di sebuah hajatan. Itu saja, tidak lebih dan tidak kurang. Karena itu tidak perlu dibesar-besarkan, apalagi dibentur-benturkan agar semakin tidak menentu,” paparnya.
Sehingga, alih-alih meletakkan fenomena pengibaran bendera ‘One Piece’ sebagai bentuk makar untuk menjatuhkan pemerintah, lebih produktif bila memahaminya sebagai menyingkap makna baru kemerdekaan Indonesia.
“Jangan melawan hal baru dengan perspektif lama. Lebih baik beradaptasi agar makna lama dapat bertahan dalam kemasan baru,” ucap Iswandi.
Bendera Bajak Laut Dan Perubahan Makna Perlawanan
Bendera bajak laut atau Jolly Roger menjadi polemik jelang perayaan HUT Kemeredekan Republik Indonesia ke 80, polemik terjadi setelah bendera bajak laut dari anime One Piece, kelompok bajak laut topi jerami yang dikomandoi Monkey D. Luffy viral dan marak dikibarkan.
Tak hanya itu gambar tengkorak putih bertopi jerami dengan, dengan dua tulang menyilang digambar di ruang publik hingga dijadikan ikon pribadi di berbagai platfom medis sosial masyarakat, dan dianggap sebagai simbol melawan kesewenang wenangan penguasa dan kebijakan pemerintah yang dianggap tidak pro rakyat.
Dari catatan yang ada bendera bajak laut yang populer sebenarnya bukan dari Jepang tepat Anime One Peace dilahirkan. Bendera Jolly Roger muncl sekitar abad 17 oleh bajak laut Prancis dan Karibia seperti kelompok bajak laut Blackbeard dan Calico Jack sebagai simbol intimidasi dan kekuatan. Pada era itu hingga saat ini bajak laut identik dengan hal negatif, kelompok perompak, kejam dan hal negatif lainnya.
Citra negatif tersebut berbalik ditangan seniman Jepang Eiichiro Oda. One peace perama kali muncul di Jepang dalam bentuk manga atau komik yang diterbitkan pertama kali pada 22 Juli 1997 di majalah Weekly Shonen Jump milik Shueisha. Kemudian, adaptasi anime-nya diproduksi oleh Toei Animation dan mulai tayang di Jepang pada 20 Oktober 1999 di Fuji TV.
Dalam anime One Peace, Eiichiro Oda merubah kesan bajak laut eropa dan Karibia yang jahat menjadi bajak laut yang baik. Dalam anime dan serial One Pace, Monkey D. Luffy sebagai pimpinan kelompok bajak laut topi jerami, digambarkan sebagai sosok pembela kebenaran dan pembela yang lemah. Luffy sebagai tokoh utama ditampilkan sebagai sosok dengan penampilan penuh kesederhanaan, humoris, nyeleneh, herois, enerjik, peduli hingga solider terhadap semua kru kapal dan kawannya.
One Piece adalah serial manga Jepang yang ditulis dan diilustrasikan oleh Eiichiro Oda. Manga ini pertama kali diterbitkan pada 22 Juli 1997 di majalah Weekly Shōnen Jump milik Shueisha. Kemudian, adaptasi anime-nya diproduksi oleh Toei Animation dan mulai tayang di Jepang pada 20 Oktober 1999 di Fuji TV.
Di Indonesia, One Piece mulai tayang pada September 2022 melalui beberapa saluran televisi, antara lain RCTI yang pertama, selain itu One Peace tayang di Global TV. Popularitas One Piece di Indonesia cukup tinggi, membuatnya menjadi salah satu serial anime dan manga terpopuler di Indonesia.
Sebagai serial film animasi, One Piece tidak hanya tayang di Jepang dan Indonesia, serial sudah tayang di banyak negara, seperti Amerika, Inggris, Italia, Filipina, Vietnam, Arab Saudi hingga Israel. Komik One Piece sendiri sudah diterjemahkan kebanyak bahasa lain, selain bahas Jepang. Seperti bahasa Inggiris, Indonesia, Jerman, Prancis, Spanyol hingga bahasa Kanton.
Dalam perjalannya One Piece, kelompok bajak laut Topi Jerami dengan pimpinan Monkey D. Luffy, mendapat pemaknaan baru sebagai sebuah simbol perlawanan masyarakat terhadap penguasa dan pemerintah jelang perayaan HUT ke 80 Republik Indonesia. Simbol tengkorak dengan topi jerami dan dua tulang yang menyilang dianggap oleh segelintir penguasa sebagai sebuah ke khawatiran hingga ancaman makar, sehingga perlu ditindak dengan menggerakan aparat TNI Polri.
Artikel ini ditulis oleh:
Erobi Jawi Fahmi
Eka Permadhi

















