Jakarta, Aktual.com — Minyak tinggal di bawah 40 dolar AS per barel di perdagangan Asia, Senin (7/12), setelah kartel OPEC memutuskan menentang pemangkasan tingkat produksi tinggi dan pedagang mengalihkan perhatian mereka pada pertemuan bank sentral AS pekan depan.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari turun 33 sen menjadi 39,64 dolar AS per dolar AS, dan minyak mentah Brent untuk Januari diperdagangkan 22 sen lebih rendah pada 42,78 dolar AS per barel pada sekitar pukul 06.55 GMT.
Pada pertemuan di Wina, Jumat lalu, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) memutuskan menentang pengurangan produksi untuk menaikkan harga.
OPEC, yang anggotanya secara bersama-sama memproduksi lebih dari sepertiga minyak dunia, saat ini memproduksi di atas target resmi dari 30 juta barel per hari, meskipun pasokan minyak mentah global yang membanjir telah terus-menerus memukul harga selama lebih dari setahun.
“Harga minyak mentah tidak diragukan lagi tertekan oleh kurangnya kesepakatan di OPEC, menandakan bahwa kelebihan pasokan akan bertahan lebih lama,” kata Bernard Aw, analis pasar di IG Markets di Singapura.
“WTI diperdagangkan di bawah tingkat penting 40 dolar AS dan tampaknya akan tetap di sana.” Sanjeev Gupta, yang mengepalai praktek minyak dan gas Asia-Pasifik di perusahaan jasa profesional EY, mengatakan perhatian pasar kini berbalik ke pertemuan pembuat kebijakan Federal Reserve mendatang dan data ekonomi terbaru dari Tiongkok, konsumen utama energi dunia.
Para pedagang sedang memantau apakah The Fed akan menaikkan suku bunganya bulan ini, sebuah langkah yang akan meningkatkan dolar. Mata uang AS yang kuat akan membuat minyak yang dihargakan dalam dolar lebih mahal bagi pemegang mata uang lemah, sehingga mengurangi permintaan dan harga.
“Sementara semua mata sekarang tertuju pada pertemuan Federal Reserve minggu depan untuk pertemuan kebijakan terakhir tahun ini guna memutuskan apakah akan menaikkan suku bunga acuannya, data ekonomi dari Tiongkok akan mengatur nada dari harga di minggu-minggu mendatang,” kata Gupta.
Dia mengatakan dolar juga mendapat dorongan dari laporan ketenagakerjaan AS yang kuat pada Jumat lalu.
Laporan ini memperkuat kasus untuk kenaikan suku bunga The Fed, kata para analis.
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan