Saudaraku, aspek yang paling mendalam dan sering diabaikan orang dalam melihat kebenaran dan kenyataan adalah kemampuan kita untuk mengakses “titik tak terlihat” (the blind spot) dalam diri sebagai sumber kesadaran, perhatian dan kehendak.
Ibarat saat orang melihat lukisan. Banyak orang bisa memperhatikan produk (objek) lukisan. Orang bisa juga memperhatikan proses lukisan itu dibuat. Tapi, banyak orang tak dapat membayangkan saat seniman berdiri di depan kanvas putih sebagai sumber awal perhatian, kehendak dan imajinasi penciptaan.
Dalam usaha transformasi diri dan kehidupan kolektif, kita harus bisa melihat kebenaran dan kenyataan dari sisi terdalam (interior condition) dalam jiwa manusia, dengan memperkuat kapasitas intuitif–yang berkaitan dengan kemampuan nurani untuk mengakses sumber kesadaran dan intensi di kedalaman batin (nous).
Pada tahap ini, kita tak dapat mengekspresikan pengalaman kita dalam kata-kata. Kita menyatu dengan diri dan semesta raya. Segala sesuatu seakan bergerak lambat. Kita merasakan kesunyian seraya hadir dan mengalir (flow) saat ini dalam sejatinya kedirian. Kita terhubung dengan sesuatu yang lebih besar dari diri sendiri.
Dengan membiarkan kedirian mengalir dalam semesta kekinian, kita bergerak dari aliran masa lalu dan terhubung dengan arus kehadiran kebaruan. Dengan demikian kita bisa mengaktifkan kemampuan mendengar secara produktif (generative listening), yang sanggup mendengar dan belajar memahami masa depan.
Dengan mengalami hal itu, kita bisa mengatasi berbagai kecemasan dan ketakutan (fear) seraya bersedia mengucapakan “selamat tinggal” (letting go) terhadap kebiasaan dan pengetahuan masa lalu; dan “selamat datang ” (letting come) bagi pengetahuan, kebenaran, dan perubahan baru. Inilah momen keterbukaan kehendak (open will).
Kesanggupan membuka kehendak ini berkaitan dengan kemampuan mengakses kedirian (self) dan tujuan (purpose) sejati. Tipe kecerdasan ini kerap disebut sebagai “intention” atau “spiritual intelligence”. Dengan mengolah kecerdasan ini, kita bisa mendengar dan melihat hal-hal yang tak tampak di permukaan, sehingga bisa mengetahui dan menggagas visi masa depan.
Belajar Merunduk, Yudi Latif
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
As'ad Syamsul Abidin