Saudaraku, cuaca kebatinan di langit jiwa bangsa ini diliputi kabut pesimisme, dengan cadangan oksigen kepercayaan yang menipis.
Kekuatiran akan kembalinya megakrisis mengharuskan kita menyongsong masa depan dengan optimisme mata terbuka (realistis), bukan dengan pesimisme atau optimisme buta.
Di satu sisi, kita harus tetap menjaga sikap hidup positif karena pemikiran negatif tak akan membawa kebaikan. Warisan sejarah perjuangan bangsa mengajarkan bahwa setiap krisis mengandung peluang untuk mengembalikan kualitas dan kesejatian kita. Penyair Arab mengatakan, “Betapa banyak jalan keluar yang datang setelah kepahitan dan betapa banyak kegembiraan datang setelah kesusahan. Siapa berbaik sangka kepada Pemilik Arasy akan memetik manisnya buah dari pohon berduri.”
Di sisi lain, optimisme tersebut haruslah bersifat realistis bahwa kegembiraan tidaklah datang dengan sendirinya tanpa dijemput, tanpa diusahakan dengan pengorbanan. Dalam tumpukan sampah kekotoran yang melanda bangsa, diperlukan senyawa jutaan titik embun untuk bisa jadi gelombang penyucian najis.
Sebagai citra Tuhan, manusia seyogianya memandang hidup secara positif. Setiap pribadi tidaklah tercipta sia-sia, melainkan istimewa dengan misi kepahlawanannya sendiri-sendiri. Kita harus berprasangka baik dengan desain pelayanan Tuhan, karena Tuhan akan bereaksi sesuai prasangka itu. Dalam hadis Qudsi disebutkan, “Aku sesuai sangkaan hamba-Ku kepada-Ku, maka ia bebas berprasangka apa saja kepada-Ku.”
Prasangka baik pada Tuhan akan mengembangkan sikap positif pada hidup dan sesama. Bahwa pemikiran dan tindakan baik tak akan berbuah keburukan, begitu pun pemikiran dan tindakan buruk tak akan berbuah kebajikan.
Keberhasilan bukan tanpa rintangan. Setiap pejuang sejati menyadari, hidup bukanlah tanpa kesulitan dan ujian; dan bahwa kemenangan hidup terletak pada keberhasilan mengarungi ujian. Dalam sebuah hadis dikatakan, “Ketahuilah bahwa pertolongan itu ada bersama dengan kesabaran dan jalan keluar itu akan selalu beriringan dengan cobaan.”
Prasangka baik akan melahirkan optimisme. Dalam optimistisme, setiap momen istimewa; setiap ujian, tangga kenaikan derajat. Timbullah hasrat merebut hari ini, memberi makna bagi hidup dan meraih bahagia bersama.
Yudi Latif
Artikel ini ditulis oleh:
As'ad Syamsul Abidin