Jakarta, Aktual.co — Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta bergerak menguat 10 poin menjadi Rp13.200, dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.210 per dolar AS.
“Dolar AS mendapat tekanan turun seiring optimisme terhadap draf kesepakatan utang Yunani dan pihak kreditor internasionalnya yang menuju kesepakatan sehingga meredam kekhawatiran pasar keuangan di zona euro dan berlanjut memasuki sesi Asia, termasuk di Indonesia” kata Analis PT Monex Investindo Futures Agus Chandra di Jakarta, Rabu (3/6).
Di sisi lain, lanjut dia, pasar keuangan Asia juga mendapat sentimen positif dari data PMI sektor jasa Tiongkok yang berada pada tingkat 53,5, tingkat ini cukup nyaman dan jauh dari kontraksi. Selain itu, data produk domestik bruto (PDB) Australia yang dirilis juga lebih baik dari eskpektasi sehingga memberikan imbas positif terhadap negara sekitarnya.
Ia menambahkan bahwa faktor teknikal juga salah satu sentimen yang menekan dolar AS terhadap beberapa mata uang dunia, termasuk rupiah setelah mengalami “rally” penguatan.
Selanjutnya, ia mengatakan bahwa pasar akan fokus mencermati beberapa data ekonomi global di antaranya laporan pekerjaan dari Amerika Serikat mengenai ADP sektor swasta, neraca perdagangan, serta keputusan suku bunga bank sentral Eropa (ECB).
Sementara itu, Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan bahwa kenaikan mata uang rupiah perlu diwaspadai menyusul meningkatnya ‘yield’ Bund Jerman dini hari tadi, situasi itu perlu diwaspadai karena bisa memicu kenaikan yield surat utang negara (SUN) yang dapat mendorong keluarnya dana asing dari dalam negeri.
“Mata uang rupiah bertahan di area positif menyusul laju dolar AS yang cenderung tertekan di pasar Asia,” katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Rabu (3/6) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.196 dibandingkan hari sebelumnya (1/6) Rp13.230.
Artikel ini ditulis oleh:
Eka