Jakarta, Aktual.com – Sejumlah orang tua siswa di SMA Negeri 46 Jakarta mengaku belum mengetahui informasi pemanfaatan aplikasi corona likelihood metric atau CLM sebagai media asesmen untuk menentukan boleh tidaknya siswa mengikuti pembelajaran tatap muka terbatas di Ibu Kota.
Seperti yang dialami oleh orang tua siswa, Indah (49). Dia mengatakan sejauh ini pihak sekolah hanya menggunakan formulir google sebagai media asesmen kesehatan siswa.
Dia mengaku bahwa aplikasi CLM atau Jak CLM itu belum digunakan sebagai alat untuk menyeleksi kesehatan siswa.
Meski demikian, kata dia, asesmen daring dari sekolah sudah cukup memadai mengawasi kondisi kesehatan peserta didik yang akan mengikuti PTM.
Dia juga menyambut positif keberadaan aplikasi tersebut dan akan mengikuti kebijakan sekolah bila ke depan menggunakannya, karena hal itu bertujuan untuk pengawasan kesehatan siswa.
“Saya menyambut positif ya, karena itu bentuk pencegahan yang tentu akan lebih lebih bagus. Sehingga orang tua tidak ada rasa kekhawatiran yang berlebih,” kata Indah, Selasa (31/8).
Dia menuturkan asesmen dan sosialisasi dari pihak sekolah sudah memadai dalam mengambil langkah persetujuan PTM.
“Karena sekolah juga sudah menyediakan ketentuan-ketentuannya. Jadi, untuk tahap ini sudah cukup pengawasannya,” kata dia.
Tidak jauh berbeda dengan Indah, salah satu orang tua siswa lainnya, Susilowati (49), mengaku sudah mengetahui keberadaan aplikasi CLM tersebut.
Namun, kata dia, saat meminta persetujuan orang tua, sekolah hanya menggunakan asesmen daring melalui formulir google.
Dia pun menegaskan bahwa aplikasi tersebut mestinya digunakan karena memiliki manfaat yang baik bagi pengecekan kesehatan siswa yang sedang mengikuti PTM.
“Jadi bukan pakai CLM yang disediakan oleh Pemprov DKI. Semuanya masih pakai formulir google. Namun, menurut saya itu manfaatnya baik untuk anak-anak kita. Apalagi ini untuk mengecek kondisi kesehatan,” katanya.
CLM merupakan aplikasi pengujian mandiri berteknologi pembelajaran mesin yang dibuat oleh Pemprov DKI.
Jak CLM ini ditujukan untuk membantu setiap orang untuk mengukur risiko kemungkinan positif Covid-19 dan merekomendasikan apa yang harus dilakukan.
Sebelumnya aplikasi ini pernah digunakan sejumlah sekolah mengecek kondisi kesehatan siswa.
Salah satunya adalah SMK N 32 Jakarta, yang memanfaatkannya untuk mengevaluasi kondisi kesehatan siswa di sekolah tersebut.
“Siswa pernah diminta mengisi, itu (Corona Likelihood Metric) semacam evaluasi diri sendiri apakah yang bersangkutan sehat atau tidak,” kata Kepala Sekolah SMK N 32 Jakarta, Komariah, Senin (30/8).
Artikel ini ditulis oleh:
Nusantara Network