Jakarta, Aktual.com – Partai Keadilan Sejahtera (PKS) mengancam akan menginggalkan koalisi penantang Joko Widodo menjelang pendaftaran Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden (Capres-Cawapres) pada 4-10 Agustus nanti.
Ancaman ini diutarakan oleh Direktur Pencapresan DPP PKS, Suhud Aliyudin pada Rabu (1/8) kemarin. Diabaikannya rekomendasi Ijtima Ulama oleh Prabowo Subianto ditengarai sebagai alasannya.
Pengamat politik Burhanuddin Muhtadi pun memiliki pandangan tersendiri tentang hal ini.
“Itu bagian dari gertak sambal untuk menaikkan posisi tawar PKS,” katanya di Jakarta, Kamis (2/8).
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia ini menilai, PKS bak memainkan orkestra dalam penentuan Cawapres Prabowo.
Menurut Burhan, konduktor orkestra ini sangat jelas sehingga, ada yang memiliki tone keras dan lembut. Peran tone keras, katanya, diambil alih oleh Suhud yang disebutnya sebagai pemain perkusi.
“Tapi di sisi lain, ada orang seperti Mardani Ali Sera yang memainkan alat musik seperti piano yang jauh lebih lembut kemudian memakai bahasa yang bersayap kurang to the point, terlalu halus, itu bagian dari orkestra,” jelas Burhan.
Selain dua nama di atas, tambah Burhan, sangat mungkin terdapat tokoh-tokoh PKS lainnya yang memainkan alat musik lainnya dalam orkestra ini.
“Tetapi ujungnya, baik Pak Suhud, Mardani Ali Sera, Tifatul Sembiring, HNW pada dasarnya sedang memainkan langgam musik yang sama yaitu untuk menaikkan bargaining positioning PKS terutama di mata Gerinda sebagai partai yang punya keleluasaan untuk menentukan siapa capres cawapres,” tutup Burhan.
Artikel ini ditulis oleh:
Teuku Wildan