Jakarta, Aktual.co — Ahli Patologi dari pemerintah Inggris, Nathaniel Cary mengatakan, bahwa bahan kimia bernama polonium, yang menyebabkan tewasnya mantan agen khusus Rusia, Alexander Litvinenko merupakan bahan paling berbahaya di dunia Barat.

Dokter kepala yang bertugas menyelidiki kematian Litvinenko menjelaskan, bahwa, bahan kimia tersebut masih bereaksi meskipun tubuh seseorang sudah tak bernyawa.

“Meskipun sudah menjadi mayat, tubuh Litvinenko masih sangat berbahaya, sehingga harus dipindahkan ke ruang anti radiasi,” ungkap Nathaniel, dilansir dari BBC, Kamis (29/1).

“Ini adalah pemeriksaan paling berbahaya yang pernah dilakukan di Eropa,” ujarnya.

Lebih jauh diungkapkan Nathaniel, selama otopsi Litvinenko dilakukan, seluruh tim dokter diharuskan untuk menggunakan seragam anti radiasi.

“Kami harus pakai pakaian khusus seperti sarung tangan pelindung dan kerudung kepala khusus yang dilengkapi dengan oksigen,” paparnya.

Seperti diwartakan sebelumnya, kematian Litvinenko disinyalir adalah hasil perbuatan Andrei Lugovoi yang juga sebagai agen khusus Rusia.

Agen Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti (KGB) Rusia tewas sekitar tiga minggu setelah minum teh bersama Lugovoi dan Dmitry. Saat itu, Lugovoi diduga telah mencampukan polonium ke dalam teh yang diminum Litvinenko.

Meski begitu, pada Selasa (27/1), Lugovoi diberitakan telah melakukan klarifikasi di Rusia. Dalam jumpa pers tersebut, Lugovoi membantah telah mencampurkan polonium ke minuman Litvinenko.

Namun hal itu tidak menyurutkan pihak kepolisian Inggris untuk tetap menyelidiki rekam jejak Lugovoi.

Artikel ini ditulis oleh: