Jakarta, Aktual.com – Head Of Marketing PT. PGN (Persero), Tbk Adi Munandir mengungkapkan saat ini sedang terjadi perubahan tren sektor energi yang seharusnya bisa direspon secara nasional. Pasalnya, apabila perubahan tren energi tidak direspon dengan tepat maka ketahanan energi dalam negeri tidak akan tercapai.

“Tren yang terjadi di dunia adalah oversuplly LNG global, makanya banyak penawaran, uncomitted cargo,” ujarnya di Jakarta, Rabu (13/12).

Impor LNG saat ini bisa menjadi peluang apabila dioptimasi untuk keperluan dalam negeri. Selain itu, pertumbuhan ekonomi global yang tidak menggembirakan memukul sektor ritel hingga turun hampir 3,5 persen. Namun justru ekspor LNG mengalami peningkatan.

“Demand dan realisasi jauh mengalami penurunan, namun ada yang mengalami penaikan, yaitu ekspor gas bumi,” jelasnya.

Permasalahan gas bumi yang ada di Indonesia adalah demand creation. Perencanaan permintaan tidak sesuai dengan realisasi yang mengakibatkan oversupply. Misalnya, oversupply untuk tahun 2013, perencanaan permintaan sebesar 9.707 BOEPD namun realisasi hanya 6.856 BOEPD. Selisih tersebut sama dengan dua kali kapasitas PGN. Pasalnya, kalau sudah oversupply gas, maka harus membutuhkan penampungan khusus atau justru diekspor.

“Gas itu unik, konsumen pemanfaat harus ada karena tidak bisa ditampung,” ujar Kepala Divisi Program dan Komunikasi SKK Migas Wisnu Prabawa Taher.

Pendapatan dari sektor migas pada 2017 akan melebihi target APBNP 2017 sebesar USD12,20 miliar. Saat ini, realisasi penerimaan negara mencapai sudah mencapai 99 persen atau lebih dari USD10,91 Miliar.

“Ada beberapa proyek strategis pendukung di 2017 seperti Jambaran Tiung Biru dengan nilai investasi mencapai USD2,05 miliar,” ujarnya.

Selain itu, Lapangan Jangkrik membutuhkan nilai investasi USD3,77 miliar telah onstream Mei 2017. IDD Chevron di Bangka juga telah onstream pada Agustus 2017 dengan kapasitas produksi 110 MMscfd. Tangguh Train-3 dengan nilai investasi 11,13 miliar masih dalah tahap kontruksi EPC dengan kapasitas produksi diperikirakan 700 MMscfd. Sedangkan Lapangan Abadi (inpex-Masela) masih Proses Revisi POD-1; Tahap Proses Pengadaan Pre FEED dan AMDAL oleh Inpex; Tahap klasifikasi lokasi potensial fasilitas produksi di darat.

“Untuk mewujudkan ketahanan energi, Indonesia memerlukan cadangan migas baru, maka harus ada eksplorasi. Padahal eksplorasi saat ini sangat terpengaruh harga minyak. Pada 2014-2016 investasi di sektor minyak terus menurun, namun di 2018 diharapkan akan terus naik seiring dengan kenaikan harga minyak,” jelasnya.

Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional Saleh Abdurrahman mengatakan Indonesia kita tidak bisa lepas dari situasi global, begitu harga minya membaik maka akan banyak perusahaan migas yang investasi di Indonesia.

“Itu bisa dilihar dari segi data lelang WK Migas. Peserta yang bid (ambil) dokumen untuk 10 WK migas konvensional bisa mencapai 20. Tapi karena ada aturan baru terkait Grosplit mereka masih menunggu RPP Pajak Grossplit. Kita tunggu penutupan nanti,” jelasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta
Eka