Yudi Latif
Yudi Latif

Saudaraku, untuk membangun negeri di tengah kehidupan yang dihantui ketakutan, kebencian dan kerakusan, karakter kepahlawanan yang diperlukan harus bisa mengurangi watak maskulinitas kependekaran digantikan oleh jiwa kepahlawanan yang lebih feminin.

Dalam menumbuhkan jiwa kepahlawanan feminin, Johann Gottfried Herder mengingatkan perlunya upayakan “keadilan universal, rasa kemanusiaan dan nalar aktif” dengan menumbuhkan jiwa damai dan altruis dalam diri warga negara. Untuk itu, pahlawan feminin harus ingatkan kengerian “horor kekerasan/peperangan”. Bahwa setiap peperangan/kekerasan, kecuali untuk sekadar bela diri, adalah suatu kegilaan tercela, yang timbulkan kepedihan tak bertepi dan kemerosotan moral.

Pahlawan feminin harus didik warga negara kurangi penghormatan pada keagungan heroik, seperti kemenangan peperangan beserta pahlawan mitologisnya. Pahlawan feminin harus ingatkan tentang “horor dari salah urus kenegaraan”, dengan mengajarkan ketidakhormatan dan pembangkangan terhadap otoritas politik yang suka sulut pertikaian demi kepentingan politiknya. Untuk itu, perlu tumbuhkan semangat kewargaan yang aktif dan kritis.

Pahlawan feminin harus tumbuhkan patriotisme welas asih, dengan menyerukan warga negara untuk dapat mengembangkan dan merasakan potensi kebajikan yang ada pd bangsanya. Energi warga negara harus diarahkan untuk bisa capai kehidupan kewargaan yang makmur, adil, damai, berprestasi dan bermakna demi meraih kebahagiaan hidup bersama.

Pahlawan feminin harus bisa tumbuhkan perasaan dalam jiwa warga negara suatu sikap adil terhadap bangsa lain, termasuk sikap fair dalam hubungan perdagangan antarbangsa, agar negara miskin tak dikorbankan bagi keserakahan negara kaya. Juga harus didik warga negara untuk bisa mengarungi aktivitas bermanfaat secara riang gembira.

Kalau ada yang paling salah dalam proses pembelajaran politik di negeri ini, tak lain bahwa pahlawan selalu ditempatkan di kesilaman di luar diri, tak dihadirkan di kekinian di dalam diri; sebagai tanda penantian dan kematian, tak menjanjikan kehadiran dan kehidupan.

Saatnya kita jadikan kepahlawanan sebagai sesuatu yang hidup dalam diri, sekarang dan di sini, dengan terus mentransformasikan diri jadi pribadi dan bangsa unggul.

Belajar Merunduk, Yudi Latif

Artikel ini ditulis oleh:

As'ad Syamsul Abidin