Sleman, Aktual.com – Pakar Gempa Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Prof Sarwidi, mengatakan gempa Mentawai yang terjadi beberapa hari lalu, dapat menjadi evaluasi untuk kedepannya, terutama dari sisi “Early Warning System” atau peringatan dini.
“Sisi Early Warning System (EWS) selalu menjadi kelemahan dalam menghadapi bencana di negara-negara berkembang. Tak terkecuali Indonesia,” kata Sarwidi di Sleman, Minggu (6/3).
Menurut dia, fenomena alam berupa gempa akan terus mengancam di sejumlah wilayah di Indonesia, sehingga perlu adanya antisipasi yang lebih baik lagi kedepannya.
“Terutama di daerah-daerah yang berpotensi terjadi Tsunami yang ditimbulkan oleh gempa. Khusus daerah yang berpotensi tsunami, EWS harus bagus dan berjalan,” tuturnya.
Ia mengatakan, sebagai negara yang berkembang, Indonesia masih lemah dalam segi perawatan perangkat peringatan dini ini.
“Inilah kelemahan negara berkembang. Perawatan harus secara berkala,” ucapnya.
Sarwidi mengatakan, perawatan berkala ini untuk memastikan bahwa EWS atau alat peringatan dini bisa bekerja secara baik.
“Karena fenomena gempa, tidak bisa diprediksi kapan akan terjadinya. Selain itu, juga jumlah alatnya harus cukup,” imbuhnya.
Gempa yang terjadi pada Rabu (2/3) di Mentawai dengan kekuatan 7,8 SR. Sempat terdeteksi tsunami di Pulau Cocos dan Padang dengan ketinggian di bawah sepuluh centimeter.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam rilisnya mengatakan peristiwa tersebut tak menimbulkan korban jiwa atau bangunan rusak.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara