Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. AKTUAL/IST

Abu Dhabi, aktual.com – Saluran televisi satelit Al-Arabia melansir tayangan yang membuka kedok Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan terkait palestina. Video berjudul ‘Dusta Erdogan, Israel Adalah Musuh’ menayangkan video kompilasi kunjungan Presiden  Erdogan ke Tel Aviv dan beberapa fakta yang cukup mengejutkan.

Tayangan itu menampilkan bukti-bukti bahwa Erdogan adalah pemimpin muslim pertama yang melayat dan meletakkan karangan bunga ke pusara Herzi, yakni pendiri negara zionis Israel yang semena-mena menjajah wilayah Palestina hingga kini. Erdogan juga menemui sahabatnya yaitu mantan Perdana Menteri Israel, Ariel Sharon.

Dilansir dalam video tersebut yang menunjukkan Erdogan sempat mengunjungi Masjid Al-Aqsa dengan dikawal oleh pasukan keamanan Israel. Turki juga disebut sebagai negara pertama yang mengakui Israel pada tahun 1949.

Turki dan Israel bahkan meningkatkan transaksi dagang mereka hingga 4 miliar dolar AS per tahun. Juga mengungkap pengakuan bahwa Al-Quds sebagai ibukota Israel. Keduanya juga melakukan kerjasama di bidang pariwisata, dengan adanya 60 penerbangan pesawat per minggu yang melayani rute antar kedua negara.

Menurut Al-Arabia tidak hanya Erdogan yang dinilai berdusta, namun juga keluarganya. Putra Erdogan bernama Ahmet Burak Erdogan disinyalir telah menginvestasikan armada kapalnya kepada pengusaha Israel. Selain itu, dalam tayangan tv tersebut juga memperlihatkan duta besar Turki untuk Israel yang turut merayakan hari-hari besar keagamaan Yahudi.

Gertakan, dan sandiwara dianggap telah menjadi ‘gaya hidup’ dari Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Hal itu sudah diketahui secara umum, bahkan menjadi bahan ejekan dan komentar, terutama mengenai apa yang dia lontarkan kepada Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.

Netanyahu juga memperolok sikap Erdogan di depan publik terhadapnya. Netanyahu mengatakan bahwa Erdogan menyebut dirinya sebagai Hitler setiap 3 jam, bahkan 6 jam sekali. Namun, dari kedua tokoh yang sedang berselisih dan disebut sedang berada dalam konflik, hanya tipuan.

Pakar Hubungan Internasional dari Mesir, Mohammad Hamid, berkomentar mengenai optimalisasi hubungan perdagangan dan ketertarikan antara Israel dan Turki. Dia mengatakan hubungan keduanya sudah terjalin lama. Bahkan, Israel lebih mengutamakan Turki dibanding negara lain manapun di bidang pariwisata.

“Semen-semen Turki bahkan digunakan untuk mendirikan permukiman-permukiman di dalam wilayah Palestina dan Tepi Barat,” kata Hamid, dikutip dari Al-Arabia, Senin(24/2).

Lalu, undang-undang Eropa yang menyatakan untuk melarang produk impor yang diselundupkan dari pemukiman ilegal di Tepi Barat itu. Namun, produk-produk impor tersebut masuk ke Turki tanpa diberikan sanksi oleh Erdogan.

“Semua isu yang dia (Erdogan) lontarkan tentang Palestina merupakan bentuk upaya untuk membangkitkan simpati bangsa-bangsa arab,” ucap Hamid.

Hamid menuturkan, semua kontradiksi, sandiwara, dan sikap sok kritis Erdogan di depan kamera hanya ditujukan kepada Arab Saudi semata. Dia menilai, tidak ada perselisihan dan krisis hubungan diplomatik antara Turki dan Israel.

Justru, kata dia, pihak yang mengajarkan kepada Turki bagaimana cara menindas orang-orang kurdi adalah Israel. Israel yang sudah sangat berpengalaman dalam penindasan terhadap Palestina.

“Kecaman Erdogan terhadap negara-negara arab mengenai prakarsa Trump hanyalah demi membangkitkan simpati para politisi islamis di dunia arab,” imbuhnya

Hamid menilai Erdogan hanya ingin terlihat seolah menjadi pembela Arab dan Pakistan. Di satu sisi, Erdogan melakukan hal tersebut karena menyadari bahwa ekonomi Turki sedang merosot di era kepemimpinannya.

“Kecuali, setelah Erdogan berkunjung ke Tel Aviv Israel dan menaruh bunga di pusara Herzi, pendiri negara Israel,” tuturnya.

Al-Arabia disebut sebagai saluran kedua yang paling banyak penontonnya setelah Al-Jazeera termasuk di Arab Saudi sendiri. Al-Arabia didirikan oleh keluarga kerajaan Saudi yang bermarkas di Dubai untuk menandingi Al-Jazeera yang mendunia dan bermarkas di Doha Qatar.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Tino Oktaviano