Suasana proyek pembangunan proyek light rail transit atau LRT di Jalan HR Rasuna Said, Jakarta, Senin (28/5/18). Progres pembangunan LRT Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi (Jabodebek) tahap pertama sampai dengan awal Mei 2018 sudah mencapai 37,40 persen. Untuk trase Cawang-Cibubur mencapai 59 persen, Cawang-Kuningan-Dukuh Atas 21,20 persen, dan Cawang-Bekasi Timur 33,30 persen, Jadi progres LRT Jabodebek saat ini masih sesuai dengan target penyelesaian proyek pada 2019. AKTUAL/Tino Oktaviano

Jakarta, Aktual.com – Proyek pembangunan kereta api ringan (light rail transit/LRT) relevan untuk mengelola tata ruang kota, kata Pakar Transportasi Universitas Gadjah Mada Danang Parikesit.

“Kalau proyek angkutan massal rel diarahkan untuk sekaligus mengelola tata ruang kota, proyek LRT, MRT, atau Trem mungkin akan relevan,” kata Danang, Kamis (19/7).

Selain itu, menurut dia, pembangunan angkutan massal berbasis rel, seperti MRT dan LRT secara finansial akan “terbayar” dengan hasil penataan tata ruang kota yang lebih baik, mengingat proyek tersebut membutuhkan dana yang tidak sedikit. “Secara finansial akan terjustifikasi,” katanya.

Pernyataan tersebut menyusul keinginan Presiden Joko Widodo yang berencana membangun LRT di tiga kota, selain Jakarta dan Palembang, yaitu Medan, Surabaya, dan Bandung.

Di sisi lain, dia menjelaskan apabila tujuannya hanya untuk mengangkut orang, sistem bus (Bus Rapid Transit) jauh lebih murah dengan daya angkut yang sebanding dengan LRT/MRT atau Trem.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid