Ia mengatakan bahwa terjadinya perang informasi tersebut merupakan hasil fokus grup diskusi “Kaukus Politik Cerdas Bermartabat” yang melibatkan sejumlah ahli sosial, ekonomi, komunikasi, dan politik di Jatim.
Sementara itu, pengamat politik asal Universitas Trunojoyo Madura Mochtar W. Oetomo juga mencatat pemilih belum siap dengan polarisasi yang berbeda dengan sikap memilih di pilkada serentak.
“Terjadi kekacauan peta politik disebabkan oleh kompleksitas pemilih dalam mencoblos karena dihadapkan banyaknya jenis pilihan (Pilpres, Pemilu DPD RI, DPR RI, DPRD provinsi, dan pemilu DPRD kabupaten/kota),” katanya.
Selain itu, juga disebabkan persepsi sebagai akibat maraknya kasus korupsi yang menimpa anggota dewan, khususnya kasus terakhir di DPRD Kota Malang.
“Kondisi tersebut mengakibatkan disorientasi pemilih yang pada gilirannya para pemilih tidak memiliki pilihan pasti,” katanya.
Artikel ini ditulis oleh:
Andy Abdul Hamid