Beijing, Aktual.com – Pakar keagamaan dari Institute of World Religion Studies of the Chinese Academy of Social Sciences (CASS) Liu Guopeng, mengatakan revisi peraturan mengenai keagamaan di China, bertujuan untuk mengatasi persoalan yang muncul dalam beberapa tahun terakhir.
“China memiliki beberapa persoalan seperti konflik antarpemeluk agama dan persoalan ini sangat serius,” ujarnya, seperti dikutip dari Global Times, Selasa (12/9).
“Sebagai contoh, menurut riset kami, pemeluk Protestan tumbuh sangat cepat dalam beberapa tahun terakhir di China daratan dan mereka lebih konservatif dibandingkan umat Nasrani lainnya. Mereka sering kali menentang agama-agama lain, seperti Buddha dan Taoisme. Juga punya konflik dengan Islam,” kata Liu menambahkan.
Ada juga insiden antara umat Islam dan masyarakat lain di beberapa wilayah di China. Keributan yang diduga melibatkan kelompok minoritas Muslim di gerbang tol Tangshan, Provinsi Hebei, pada awal bulan ini telah memicu perdebatan di media sosial di China.
Sebagai dampak dari paham Wahabi di Timur Tengah, beberapa kelompok Islam di wilayah barat China, seperti Xinjiang dan Ningxia, juga mengalami peningkatan konservatisme dan agresivitas, demikian Liu.
“Konflik antara umat Islam dan umat agama lain bahkan menyebabkan kekerasan dan pertumpahan darah,” ujarnya.
Berdasarkan penelitian Liu, runtuhnya kerukunan dapat mengancam stabilitas sosial dan fungsi pemerintahan.
“Oleh karena itu, regulasi keagamaan harus segera disesuaikan dengan situasi,” katanya.
Regulasi versi revisi itu juga menekankan pentingnya semua agama memegang prinsip-prinsip kebebasan dan aturan pemerintah setempat sehingga tidak mudah dipengaruhi oleh asing.
Pada bulan Juni lalu, dua warga negara China yang direkrut oleh organisasi misionaris di Korea Selatan dibunuh oleh kelompok garis keras di Pakistan.
Ant.
Artikel ini ditulis oleh: