Jakarta, Aktual.co — Pakar sejarah dari Universitas Haluoleo Kendari, Sulawesi Tenggara, Prof Dr Anwar, MSi menyatakan penggusuran Kota Lama untuk lokasi pembangunan jembatan Bahteramas oleh Pemerintah Provinsi Sultra, merupakan tindakan penghancuran situs sejarah Kota Kendari.

“Sebagian bangunan di Kota Lama Kendari, sudah berusia 183 tahun, sehingga semua bangunan yang ada di kota lama tersebut sudah tercatat sebagai situs sejarah,” katanya di Kendari, Sabtu (30/5).

Menurut dia, beberapa bangunan di Kota Lama Kendari seperti kantor Loji di masa pemerintahan kolonial Belanda dibangun oleh orang Belanda bernama Pos Mayor di tahun 1832.

Dengan usia bangunan yang sudah mencapai 183 tahun tersebut kata dia, maka sesuai ketentuan undang-undang kebudayaan, Kota Lama bersama bangunan di dalamnya sudah menjadi situs sejarah.

“Di dalam undang-undang kebudayaan, setiap bangunan yang sudah berusia 50 tahun ke atas dan masih berdiri kokoh, maka bangunan tersebut sudah bisa dicatat sebagai situs sejarah,” katanya.
 
Oleh karena itu kata dia, kebijakan Pemerintah Provinsi Sultra yang menggusur Kota Lama menjadi lokasi pembangunan jembatan Bahteramas yang menghubungkan mulut Teluk Kendari, sama saja menghancurkan situs dan nilai-nilai sejarah masa lampau.

Ia mengakui membangun sesuatu sama dengan menuliskan sebuah sejarah, namun dalam menuliskan sejarah tersebut tidak boleh menghilangkan sejarah yang sudah ada.

“Pemerintah Provinsi Sultra yang ngotot membangun jembatan Bahteramas, tentu akan mencatatkan sejarah baru bagi Sultra, namun seyogyanya sejarah baru tersebut tidak menghancurkan situs sejarah yang telah lama ada,” katanya.

Sebagai pakar sejarah yang juga Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang Sultra, Prof Anwar mengimbau Pemerintah Provinsi Sultra untuk mempertimbangkan kembali penggusuran sejumlah bangunan yang masih tersisa di Kota Lama Kendari.

Sebab, kalau sampai seluruh bangunan di Kota Lama tersebut dihancurkan, maka sama saja menghilangkan sejarah berdirinya kota Kendari.

“Ketika sejarah kota ini hilang, maka Kota Kendari tidak menarik lagi dikunjungi wisatawan, baik wisatawan domestik maupun mancanegara,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh: