Yogyakarta, Aktual.com – Analis telekomunikasi, Ismail Fahmi memprediksi bahwa saat ini secara teknis terdeteksi adanya kemungkinan impor konflik Suriah khususnya Aleppo ke Indonesia melalui ranah sosial media.

“Saya melihat peta SNA (Social Network Analysis) dari Drone Emprit, lalu saya zoom untuk melihat lebih detail,” ujar co-founder media monitoring Awesometrics ini, Selasa (20/12).

Drone Emprit merupakan metode riset yang ditemukannya untuk menganalisis denyut media sosial dengan parameter kata kunci yang jamak diperbincangkan netizen, termasuk didalamnya media online.

Melalui metode ini, Fahmi sebelumnya sempat memprediksi aksi rush money beberapa waktu lalu tidak akan terjadi, serta mendeskripsikan denyut sosial media dalam aksi damai 411 dan 212.

Perihal Aleppo, berdasar SNA tampak pusat pusaran konflik ada di dalam cluster pro Freedom in Iran dan Syrian Revolusion. Percakapan dalam pusaran ini di media sosial sangat aktif dengan user base yang tinggi jumlahnya.

Mereka mendapat dukungan framing dari cluster media-media mainstream seperti CNN, BBC, Al-Jazeera, Independent dan lain-lain. “Kolaborasi yang saling mendukung, didorong kepentingan masing-masing yang berbeda-beda,” ujar PhD lulusan Groningen University ini.

Di antara negara-negara di dunia, Fahmi melihat hanya Indonesia yang memiliki user base cukup besar dalam membahas isu Syria/Aleppo, membentuk cluster tersendiri, dibangun oleh kesamaan bahasa (Indonesia) dan framing isu. Cluster ini begitu besar hingga terlihat jelas dalam grafik SNA.

Isu utama dalam pusaran cluster Syria saat ini adalah soal genosida, pengungsi, pembantaian dan lainnya. Ketika isu ini masuk ke Indonesia, framingnya bergeser menjadi isu pertentangan Sunni-Syiah.

“Aroma kebencian begitu terasa ketika user-user ini membahas soal Suriah, kebencian terhadap Syiah,” ungkapnya.

Dari subset data Aleppo yang mengandung kata kunci Shia atau Syiah, sambung Fahmi, akan terlihat status yang paling sering diretweet.

Dari user internasional, media seperti BBC dan AJ+ memberitakan soal sebuah wilayah/desa Syiah. Sementara user Indonesia, akun @CondetWarrior menuliskan Syiah disertai ujaran seperti ‘iblis’ dan ‘laknatullah’. “Ini ujaran yang mudah membakar emosi,” kata Fahmi.

Kendati demikian, bagi Fahmi bila melihat data yang terkumpul, setuju atau tidak harus diwaspadai adanya kemungkinan bahwa yang terjadi di jagad sosial media Indonesia terkait isu Aleppo dan Suriah saat ini merupakan bentuk dari impor konflik yang terencana.

Namun dia mengingatkan hipotesa ini perlu dikaji lebih dalam dengan terus memonitor isu Aleppo dan Suriah agar terkumpul data lebih banyak. “Nanti akan saya lihat pattern konflik ini baik di luar maupun di Indonesia,” pungkasnya.(Nelson Nafis)

Artikel ini ditulis oleh:

Nelson Nafis
Andy Abdul Hamid