Jakarta, Aktual.co —Di tengah persediaan minyak bumi yang semakin menipis, pengembangan energi baru dan terbarukan (EBT) di Indonesia ternyata tak juga digarap serius. Jika memakai istilah pakar energi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Deendarlianto, pengembangan EBT di Indonesia masih terkesan ‘setengah hati’.
Menurut dia, hal itu terjadi karena dari sisi pengambil kebijakan maupun masyarakatnya sama-sama belum sepenuhnya siap mengarahkan minat pada pemanfaatan EBT. Jika harga bahan bakar minyak (BBM) masih lebih rendah dari harga keekonomian, dia yakin EBT bakal tetap sulit dikembangkan.
“Karena dengan begitu mendorong masyarakat untuk enggan beralih ke energi alternatif yang dinilai membutuhkan proses yang lebih mahal dan tidak mudah,” kata dia, di Yogyakarta, Minggu (19/4).
Menurutnya, pemangkasan subsidi BBM harusnya bisa jadi momentum mengarahkan minat masyarakat mamanfaatkan energi non-fosil. Padahal, dibanding cadangan minyak bumi, Indonesia memiliki potensi energi terbarukan cukup melimpah. Di antaranya mini/micro hydro sebasar 450 Megawatt (MW), tenaga air 75.670 MW, biomass mencapai 50 gigawatt (GW), energi surya 4,80 kWh.
Sedangkan persediaan minyak bumi Indonesia saat ini, ujar dia, semakin berkurang karena sumur sumber minyak di Indonesia yang sebelumnya pernah menghasilkan 1 juta barel per hari, saat ini hanya mampu menghasilkan kurang dari 800 ribu barel per hari. Sedangkan kebutuhan minyak masyarakat rata-rata mencapai 1,3 juta barel per hari.
Artikel ini ditulis oleh:

















