Jakarta, Aktual.com – Paket kebijakan pemerintah Jokowi dinilai hanya sebagai obat penenang sementara. Hal itu disampaikan Ekonom Faisal Basri.

Ia menilai paket itu berjangka panjang dan tidak berefek secara fundamental dalam menangani kelemahan ekonomi serta anjloknya nilai tukar rupiah .

“Dikasih obat penenang sementara dengan paket-paket kebijakan derugulasi, padal itu urusan lama,” kata Faisal Basri di Jakarta, Sabtu (14/11).

Berdasarkan penjelasannya, ekspor Indonesia terus mengalami penurunan, dalam 5 tahun terakhir cuma mencapai 24 persen atau tumbuh 5 persen. Sedangkan pertumbuhan impor mencapai 48,4 persen, “Makanya Rupiah merosot terus,” jelasnya.

Lebih lanjut ia mengemukakan, dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Presiden Jokowi hanya menargetkan peranan industri terhadap Produk Domistik Bruto dari 20,9 persen menjadi 21, 6 persen.

Padahal menurutnya Indonesia bisa jauh melampaui target itu, dengan terbukti bahwa Indonesia pernah mencapai akngka 29 persen.

Dengan demikian, ia berkesimpulan bahwa tidak ada langkah strategis dari pemerintah untuk membangun ekonomi secara fudamental.

“jadi tidak bergairah, terlihat dari RPJMN, komitmennya tidak ada, rencananya tidak ada,”keluh Faisal.

Artikel ini ditulis oleh:

Dadangsah Dapunta