Jakarta, Aktual.com – Pandemi Covid-19 belum kunjung usai menghantam Palestina. Sejauh ini, Palestina sangat tertatih untuk mendapatkan vaksin Covid-19.
Seperti negara lain di dunia, Palestina berupaya memperoleh vaksin Covid-19. Menteri Kesehatan Palestina Mai al-Kaila berharap proses vaksinasi dapat dilakukan antara Januari dan Maret 2021.
“Kami berharap vaksinasi pertama kami akan dilakukan sekitar akhir Januari, awal Februari, pada Maret itu akan bersama kami,” kata al-Kaila dikutip laman Times of Israel, Jumat (11/12).
Al-Kaila mengatakan, guna memperoleh vaksin Covid-19, otoritas Palestina telah mengajukan aplikasi untuk inisiatif Covax. Ia adalah sebuah program yang didukung PBB yang berharap dapat menyediakan 20 persen vaksin Covid-19 bagi negara-negara berpenghasilan rendah secara gratis.
“Menurut pedoman Covax, prioritas pertama harus diberikan kepada perespons medis pertama. Kami sampaikan kepada mereka bahwa kami ingin juga memprioritaskan petugas keamanan yang bekerja bersama kami di lapangan, para lansia, ibu hamil, dan orang sakit kronis,” jelasnya.
Covax adalah inisiatif global untuk pengadaan vaksin, terutama untuk 92 negara dengan populasi dengan penghasilan rendah. Inisiatif ini melibatkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Gavi, dan Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI).
Di luar vaksin gratis yang diperoleh, al-Kaila menyarankan otoritas Palestina dapat terus membeli vaksin bersubsidi dari Covax. Namun, proses untuk hal tersebut belum tuntas. Selain Covax, Palestina pun sedang menjalin komunikasi dengan AstraZeneca, Moderna, dan Rusia.
Berbeda dengan Israel, Palestina tampaknya tak akan menggunakan produk Pfizer. Al-Kaila mengatakan, Palestina tidak memiliki peralatan atau fasilitas untuk mengamankan vaksin Pfizer.
“Vaksin Pfizer membutuhkan faktor logistik, pembekuan, lemari pendingin yang dapat menjaga isinya pada suhu minus 75 derajat hingga minus 80 derajat Celcius. Kami hanya memiliki satu lemari pendingin di Palestina untuk penyimpanan dan itu tidak akan menampung jumlah besar,” tuturnya.
Selain lemari pendingin berkapasitas besar, diperlukan pula pendingin dengan ukuran lebih kecil untuk memindahkan atau mendistribusikan vaksin.
“Kami tidak memiliki fasilitas itu, jadi kami telah menutup kemungkinan itu,” tutupnya.(RRI)
Artikel ini ditulis oleh:
Warto'i