Jakarta, Aktual.com — Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan, Nus Nuzulia Ishak, menyatakan pameran Indonesia International Furniture Expo (IFEX) 2016 akan menjadi pendorong tumbuhnya inovasi nasional, yang nantinya mampu menambah nilai dari produk-produk dalam negeri tersebut.
“Inovasi dan kreativitas dapat mendorong terciptanya produk-produk unggulan yang memiliki nilai tambah optimal dan dapat menjadi market leader di pasar global. Kita harus membangun citra positif di tingkat internasional bahwa Indonesia adalah salah satu negara penghasil produk mebel dan kerajinan terbaik di dunia,” kata Nus dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa (29/9).
Nus mengatakan, inovasi merupakan suatu keharusan bagi industri furnitur agar maju dan berkembang sehingga mampu bersaing dengan produk serupa dari negara lain, mengingat permintaan dunia atas produk furnitur sangat tinggi dengan nilai 163,2 miliar dolar AS dimana tren pertumbuhan sangat positif yaitu sebesar 7,76 persen dalam lima tahun terakhir.
“Ini tantangan industri furnitur kita. Tidak ada cara lain kita harus meningkatkan daya saing produk dengan memanfaatkan era keterbukaan dan kebutuhan dunia atas produk berkelanjutan,” kata Nus.
Dari total ekspor furnitur dunia ini, Indonesia baru mampu menyuplai 1,09 persen pada 2014 lalu dan menempatkan Indonesia di posisi ke-19 dunia, sementara Vietnam menyuplai 3,68 persen sementara Malaysia 1,50 persen. Dalam setahun terakhir sektor furnitur mengalami pertumbuhan positif sebesar 2,18 persen dengan total nilai ekspor pada 2014 sebesar 1,78 miliar dolar AS.
Tujuan ekspor utama Indonesia adalah Amerika Serikat, Jepang, Inggris, Belanda, Jerman, Prancis, Australia, Belgia, Korea Selatan, dan Taiwan. Untuk periode Januari-Juli 2015 nilai ekspor produk furnitur mencapai 1,01 miliar dolar AS atau mengalami penurunan 4,38 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara pertumbuhan positif dialami produk kerajinan Indonesia, yang setahun terakhir mengalami kenaikan 3,76 persen dengan total nilai ekspor produk kerajinan Indonesia pada 2014 mencapai 694 juta dolar AS, dengan negara tujuan ekspor utama Amerika Serikat, Jepang, Hong Kong, Inggris, Jerman, Belanda, Korea Selatan, Australia, Prancis, dan Singapura.
Dalam kesempatan tersebut, Ketua Umum Asosiasi Mebel dan Kerajinan Indonesia (AMKRI), Rudi Halim, menyatakan bahwa untuk meningkatkan ekspor khususnya untuk produk kayu, masih memiliki beberapa kendala. AMKRI menilai ketentuan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) yang sudah diakui oleh negara lain di dunia, dianggap menghambat ekspor.
“Beberapa hambatan adalah adanya regulasi SVLK, bahan baku kayu jati yang harganya meningkat, dan juga biaya tinggi pelabuhan bongkar muat,” kata Rudi.
Rudi mengatakan, dengan adanya hambatan-hambatan tersebut bisa menurunkan daya saing produk Indonesia sehingga dirinya meminta pemerintah untuk membebaskan industri hilir dari kewajiban SVLK yang sesungguhnya merupakan sistem untuk melacak legalitas kayu dan dan mencegah penggunaan kayu dari sumber yang tidak jelas.
Kementerian Perdagangan terus berupaya mendorong ekspor mebel nasional dengan mendukung pameran IFEX 2016 dan Interior and Decoration Expo (InterDex) 2016 yang diselenggarakan secara paralel. IFEX 2016 mengangkat tema The Essence of Infinite Innovation.
Tahun lalu, IFEX 2015 yang digelar di area seluas 50.000 meter persegi, tercatat sebanyak 470 perusahaan turut berpartisipasi dan mandatangkan 7.000 pengunjung, dan berhasil mencetak transaksi sebesar 270 juta dolar AS.
Artikel ini ditulis oleh:
Arbie Marwan