Jakarta, Aktual.com — Keramik antik yang merupakan peninggalan bersejarah Dinasti Song, Yuan, Ming dan Dinasti Qing dari Tiongkok, maupun benda seni yang berasal dari zaman Mataram Kuno, segera dipamerkan di Kota Denpasar, sebagai langkah untuk memperkaya khasanah kebudayaan bagi masyarakat lokal dan internasional.
“Pameran keramik antik digelar di Venue Geria Satria, mulai Sabtu, 16 April mengetengahkan sekitar 600 biji keramik antik. Ada juga patung gajah yang berasal dari zaman Mataram Kuno. Jika pada hari-hari biasa ada masyarakat atau wisatawan mancanegara ingin melihat koleksi kami, bisa menghubungi untuk konfirmasi waktu,” ujar Ida Bagus Mayun, kolektor keramik antik, kepada wartawan, di Kota Denpasar, Senin (04/04).
Menurut ia, baru kali ini pihaknya mengadakan pameran keramik antik. Selama ini, keramik-keramik antik koleksinya itu hanya disimpan secara pribadi dan dirawat secara apik agar tidak mengalami kerusakan.
“Keramik itu saya kumpulkan sejak tahun 1973. Ketertarikan saya dengan keramik antik ini sebenarnya tidak disengaja. Dulu saya bekerja sebagai ‘guide’ dan sering mengantar tamu asal Switzerland yang minta diantarkan untuk berburu keramik antik,” ucap suami dari Sri Lestari Mayun.
Aktivitas mengantar tamu ke berbagai pelosok daerah untuk menemukan keramik antik yang bernilai tinggi, membuat lelaki yang akrab dipanggil Gus Mayun pun menjadi penasaran dan ikut tertarik untuk mengumpulkan benda seni tersebut.
Setelah mempelajari dari buku referensi, ucap dia, baru dirinya memahami nilai dari keramik antik. Dahulu, keramik itu merupakan benda berkelas mewah, karena memiliki bentuk beraneka ragam, pahatan simbolnya dan pesan yang diguratkan tergolong unik dan sering dipergunakan sebagai perangkat makan atau minum yang eksklusif.
Menurut dia, keramik sering disebut sebagai harta karun dari Tiongkok, yang selalu dibawa kapal dagang sejak dahulu kala. Makanya kalau ada kapal dagang Tiongkok tenggelam di suatu perairan, hampir selalu dipastikan ada keramik antik di dalamnya yang sering menjadi bahan buruan karena harganya luar biasa mahal.
“Di Indonesia, yang dikoleksi umumnya berupa porselin antik Tiongkok yang berasal dari Dinasti Song (960-1279), Yuan (1280-1368), Ming (1644-1912) dan Qing (1644-1912),” ujar ia.
Keramik antik itu, lanjut Gus Mayun, memiliki kewibawaan tersendiri, mengingat pada zamannya, seniman tidak sembarangan dalam melakukan proses penciptaan. Selain bahan-bahannya pilihan, juga ketika membuat keramik, seniman memilih hari-hari tertentu. Hal ini membuat sebuah keramik tidak bisa diciptakan dalam tempo singkat, melainkan bisa sampai berbulan-bulan agar mencapai kesempurnaan hasil.
“Makanya ketika tercipta sebuah karya keramik, hasilnya pun mengagumkan dan memiliki wibawa sendiri yang memancar. Bahkan, menurut survei di Amerika dan Eropa, kolektor benda seni itu merasakan sensasi yang seolah berada di tempat yang aman, nyaman dan menenangkan, bagai di alam yang terlindungi pepohonan. Begitulah gambaran sensasi mengoleksi benda seni. Semoga nanti terwujud museum keramik, agar memperkaya objek wisata di Bali,” ujar Gus Mayun.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara