Jakarta, Aktual.com — Kuliner merupakan suatu bagian hidup yang erat kaitannya dengan konsumsi makanan keseharian manusia.

Kuliner menjadi sebuah gaya hidup yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Karena setiap orang memerlukan makanan yang sangat dibutuhkan sehari-hari. Mulai dari makanan yang sederhana hingga makanan yang berkelas tinggi dan mewah. Semua itu, membutuhkan pengolahan yang serba enak.

Namun, bolehkah umat Islam melakoni wisata kuliner ke berbagai daerah atau negara di luar negeri?. Karena saat ini wisata kuliner sedang digemari oleh masyarakat. Bagaimanakah pandangan dalam Islam terkait masalah ini?.

“Sesungguhnya Islam membolehkan manusia bersenang-senang dengan kebaikan dan perhiasan dunia. Namun Islam menghendaki agar manusia tidak terlena dengan kesenangan-kesenangan dunia dan melupakan kewajibannya sebagai manusia, yaitu beribadah kepada Allah SWT,” terang Ustadzah Nurhasanah kepada Aktual.com, di Jakarta, Senin (18/04).

Seperti firman Allah SWT,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُحَرِّمُوا طَيِّبَاتِ مَا أَحَلَّ اللَّهُ لَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوا ۚ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ

وَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي أَنْتُمْ بِهِ مُؤْمِنُونَ

Artinya, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.”(Al-Ma’idah : 87-88)

Menurut Ustadzah Hasanah, masa liburan merupakan nikmat waktu luang. Setiap Muslim harus menyadari hal ini, sehingga waktu liburan harus digunakan sebaik mungkin.

Rasulullah SAW telah memperingatkan, betapa banyak manusia yang terlalaikan dari nikmat waktu luang tersebut, sehingga hanya menuai kerugian belaka. Beliau bersabda, sebagaimana yang diriwayatkan oleh sahabat yang mulia, ‘Abdullah bin ‘Abbas, “Ada dua nikmat yang kebanyakan orang tertipu darinya, kesehatan dan waktu luang.”(HR. Al-Bukhari)

Oleh karena itu setiap muslim sebaiknya memanfaatkan waktu liburan dengan hal-hal yang bisa membawa manfaat dan berkah, bisa memberikan maslahah di dunia dan di akhirat kelak.

Misalnya mengaitkan liburan dengan beribadah, seperti ibadah umroh dan haji. Atau berlibur berarti membaca buku ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat, bisa juga dengan mengunjungi perpustakaan dan Museum. Kembali lagi bahwa berlibur berarti meluang waktu sejenak agar jiwa, pikiran dan tubuh menjadi segar. Sebaiknya setiap Muslim tetap meluruskan niatnya agar libur yang dilakukannya dapat membawa maslahah dan seluruh kegiatan tetap diniatkan sebagai ibadah kepada Allah SWT. Bersambung……

Artikel ini ditulis oleh: