NTT, aktual.com – Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Timur (DKP-NTT) kucurkan dana 7,5 miliyar rupiah untuk investasi pilot project budidaya ikan kerapu di tiga lokasi yang tersebar di wilayah parairan laut NTT.
Dari 3 lokasi pilot project tersebut, 1 lokasi diantaranya yakni Labuan Kelambu, Desa Sambinasi Barat, Kecamatan Riung, Kabupaten Ngada, Senin, (14/6) kemarin dilakukan panen perdana yang juga secara langsung dibuka oleh Kepala DKP Provinisi NTT, Ganef Wurgiyanto.
Panen perdana itu melibatkan Kepala DKP Kabupaten Ngada, Korsin Wea, Camat Riung Alfian, Kapolsek Riung, Aipda. Stefanus Kodo dan Babinsa di wilayah Desa Sambinasi Raya Stefanus Fino serta seluruh masyarakat Desa Sambinasi Barat.
Ganef mengatakan, adanya rumor-rumor yang beredar memprediksikan budidaya ikan kerapu di Labuan Kelambu nantinya tidak berjalan mulus (gagal), Dirinya selaku Kepala DKP Provinsi NTT menepis rumor tersebut dan menyatakan budidaya kerapu Labuan Kelambu “tidak gagal.”
“Banyak orang memprediksikan budidaya ikan kerapu di Labuan Kelambu ini akan gagal, namun saya bilang tidak gagal, karena saya sangat memahami kondisi perairan laut diwilayah utara Flores NTT. Hal itu terbukti pada saat ini kita lakukan panen perdana ikan kerapu,”ungkapnya.
Ganef menambahkan, panen perdana ikan kerapu sebagai bukti untuk menunjukkan bahwa pilot project dari Pemprov NTT khusus pada DKP telah berhasil dan harus berkelanjutan tidak menjadi satgnan.
Lanjutnya, jumlah bibit ikan kerapu yang dikembangkan di Labuan Kelambu berjumlah 10 ribu, sementara yang tidak berkembang sebanyak 5 ribuan ekor namu yang berkembang dan berhasil dilakukan pemanenen perdana pada saat ini berjumlah 4 ribuan lebih. Sehingga totalnya diperkirakan menjadi 2 ton lebih.
“Kita jual ikan hidup bukan ikan mati. Kalau kita jual ikan mati tidak usah kita budidaya ikan kerapu dan saya sudah datangkan pembeli ikan kerapu dari wilayah Labuan Bajo untuk di pasarkan ke wilayah Bali lalu diteruskan ke Hongkong. Ikan kerapu yang kita panen perdana masih berstatus KTP Riung dan lusa sudah KTP Hongkong,”tandasnya.
Dia mengaku, anggaran yang digunakan budidaya ikan kerapu di Labuan Kelambu, kata Ganef, ketentuan hasil akan dibagi tiga yakni 50 persen untuk koperasi Waning Baar sebagai koperasi pengelola budidaya ikan kerapu di Labuan Kelambu dan 75 persen untuk PAD NTT dan 25 persen untuk PAD Kabupaten Ngada.
Dikatakan juga, sistem investasi yang diterapkan dalam budidaya tersebut dibagi menjadi dua jenis yakni, investasi untuk sinrensing, atau pengkayaaan atau juga restoking. Sistem kedua yang diterapkan yakni, karamba sebagai fasilitas pendukung utama pengkayaan.
“ini perairannya sangat subur tapi sya bukan masalah pengairan sangat subur itu hanya potensi namun jika tdak kelola dengan baik itu hnya tinggal potensi makanya kita budidayakan ini. Nanti kita timbang dan dihitung kira-kirabberapa jumlah ikan yang hidup dan kira-kira berapa jumlah biomasa atau total bobot ikannya akan kita pasarkan ini,” ujarnya.
Secara teknis Ganef mengutarakan, nilai usia ekonomis dari keramba memiliki jangka panjang yaitu bisa 12 tahun dan biaya operasional yang paling menonjol menurutnya adalah biaya pakan dengan presentase mencapai 70 persen.
“70 persen biaya operasional itu adalah biaya pakan, sehingga diharapkan 70 % biaya pakan itu pihaknya lebih mengefisiensikan jangka 8 atau 10 bulan saja kita lakukan pembudidayaan ini ikannya sudah bisa dijual itu ynag kita harapkan,” ucapnya.
Ganef juga mengharapkan, budidaya di Labuan Kelambu tersebut mendapat dukungan dari forkupimda dan OPD dinas terkait terutama Bupati dan Wakil Bupati Ngada untuk bisa mengembangkan potensi tersebut.
“ini merupakan pailot project kita yang ada di tiga lokasi, yang pertama, di mulut seribu Rote Ndao yang kedua di Riung Labuan Kelambu yang ketiga di semau di belakang pulau kambing dan di rote sudah kita panen dengan hasil yang hampir sama kualitas peraiarannya seperti ini dan di Semau kita baru tau kondisi ikan dan perairan seperti apa bobotnya berapa terus pertumbuhannya ikan sperti apa setelah panen nanti,” tutupnya.
Artikel ini ditulis oleh:
Tatap Redaksi