Pontianak, Aktual.com — Panglima Kodam XII Tanjungpura Mayor Jenderal TNI Agung Risdhianto mengatakan organisasi kemasyarakat Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) dari penilaian intelijen, yakni terindikasi mengancam keuntuhan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).
“Tetapi hasil kajiannya bukan untuk publik, dan akan dikaji lebih mendalam lagi,” kata Agung Risdhianto di Pontianak, Minggu (24/1).
Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kalbar yang diketuai Dr H Wajidi Sayadi M Ag, dalam rilisnya 21 Januari 2016, menyatakan salah satu paham yang dianut Gafatar diindikasikan menyatukan agama Yahudi, Kristen, dan Islam, sehingga dikhawatirkan dapat merusak kerukunan umat beragama.
Saat ini, Bekangdam XII Tanjungpura menjadi tempat penampungan ribuan pengungsian mantan anggota Gafatar yang dievakuasi aparat dari pemukiman yang dibangun mereka di delapan titik di Kalbar, dan tahapan pengembalian juga sudah dilakukan sejak, Jumat (22/1).
Sebelumnya, Eni Nurfaizah ibunya dr Dyah Ayu Wulandari, saat berada di Pontianak menyatakan, Kitab Memahami dan Menyikapi Tradisi Tuhan yang ditinggalkan oleh anaknya untuk dia, mengungkapkan hal terkait berdirinya Negara Kesatuan Tuan Semesta Alam.
Dyah Ayu Wulandari telah ditemukan di Kalimantan Timur, Sabtu (23/1). Sehingga Eni dan suaminya Wiyono langsung terbang ke Kaltim untuk menjemput anak dan cucunya. Sambil bercerita mengenai anaknya, Eni menunjukkan fotokopi buku pedoman pengurus Gafatar yang ditinggalkan anaknya untuk dirinya.
“Ini buku sengaja dia (dr Dyah) tinggalkan. Dalam suratnya, buku ini dia berikan kepada saya, untuk dipelajari supaya saya tertarik untuk bergabung,” kata perempuan berjilbab itu.
Eni sudah membaca habis buku tersebut. Dia membuat ringkasan, kemudian ditulis dalam catatan di salah satu lembar fotokopi buku. Buku asli sudah diserahkan ke Kapolda Kalbar Brigjen Polisi Arief Sulistyanto untuk menjadi barang bukti.
Ada beberapa poin penting yang dicatat perempuan tiga anak itu, yakni mengenai tulisan yang menjelaskan tahapan mengikuti dan mencontoh pola yang dijalankan Nabi Musa AS.
Pertama mendakwah secara selektif, kedua mendakwah secara terang-terangan, ketiga hijrah, keempat berperang, kelima memperoleh kemenangan dan keenam berhasil mewujudkan kepemimpinan dunia. Dari enam tahapan, akan diraih jalan kebenaran atau “Shirotolmustaqim”.
Eni mengaku tahu anaknya bergabung di Gafatar sejak lama, sekitar 2012. dr Dyah menjadi Ketua Tim Medis Gafatar se-Jateng, sedangkan suaminya, Tri Anggoro Yusrin merupakan pengurus DPD Gafatar Solo.
Namun Eni dan suami tidak menyadari organisasi yang aktif dalam kegiatan sosial itu hanya kedok, karena di balik itu, ada paham yang menyesatkan.
Setelah membaca buku, Eni baru menyadari keberadaan Gafatar merupakan ancaman bagi bangsa Indonesia. Tahapan yang kini dilakukan mantan anggota Gafatar adalah hijrah. Pindah ke suatu wilayah yang bisa menerima mereka, sebelum mempersiapkan diri melaksanakan tahapan berikutnya. “Ini kan mengkhawatirkan!,” katanya lagi.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara
Arbie Marwan