Pangkal Pinang, Aktual.com – Wali Kota Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung (Babel), Irwansyah punya cara berbeda menyikapi derasnya kemajuan teknologi gadget di kalangan siswa sekolah. Jika di beberapa daerah ada kebijakan melarang siswa membawa gadget berupa telepon pintar ke sekolah, Irwansyah justru sebaliknya.
Dia justru perbolehkan, demi alasan pentingnya pendidikan berbasis IT di kalangan para siswa. Percaya kemajuan teknologi informasi digunakannya untuk memajukan pendidikan di Pangkalpinang.
Irwansyah dalam rilis yang diterima wartawan di Jakarta, Senin (25/6), mengatakan,
Kata dia, pendidikan berbasis IT sudah jadi keharusan di tengah pesatnya perkembangan teknologi. Selain untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi, pendidikan berbasis IT juga dapat meningkatkan dan mempercepat mutu pendidikan di daerah.
Klaim Wali Kota yang masih berusia 33 tahun itu, di Pangkal Pinang pendidikan berbasis IT dimulai sejak tahun ajaran 2014-2015. Dari tingkat SMP dan SMA.
Tahun 2016 ini, targetnya pendidikan berbasis IT mulai diterapkan mulai dari SD hingga SMA. “Pada 2017 nanti, pendidikan berbasis IT akan berjalan di semua SD,” kata dia.
Salah satu sekolah yang sudah menerapkan pendidikan berbasis IT adalah SMAN 3 Pangkalpinang. Di sekolah ini, guru tidak membatasi siswa untuk menggunakan gadget. Justru sekolah memanfaatkannya untuk menunjang pembelajaran dengan mengajak siswa mendownload aplikasi school media dan edmodo.
Kepala Sekolah SMAN 3 Pangkalpinang, Kunlistiani menjelaskan, aplikasi ini tak hanya dapat dimanfaatkan oleh guru dan siswa saja, namun juga orangtua. Dinas Pendidikan dan pejabat berwenang lainnya juga dapat melakukan monitoring melalui aplikasi ini.
“Untuk ujian kenaikan kelas (UKK), kami sudah pakai aplikasi ini, dari kelas X sampai kelas XII,” kata Kun.
Siswa dapat mengerjakan ujian kenaikan kelas dengan menggunakan ponsel android atau laptop. Sementara bagi siswa yang tak memiliki keduanya, dapat menggunakan fasilitas lab komputer milik sekolah. Menurut Kun, dari 803 siswa SMAN 3 Pangkalpinang, hanya sekitar 90 siswa yang menggunakan komputer sekolah untuk mengerjakan UKK.
Selain praktis, mengerjakan ujian melalui aplikasi juga mencegah kecurangan siswa. Sebab seluruh soal diacak sehingga tak ada siswa yang mendapatkan soal sama persis meskipun mata pelajaran yang diujikan sama.
“Kalaupun mau contek-contekan, keburu habis waktu karena soalnya diacak, pilihan gandanya juga diacak,” katanya.
Orang tua juga dapat mengetahui rekapan nilai anaknya melalui aplikasi itu. Bahkan nilai rapor juga dapat diakses dari aplikasi school media. Selain memudahkan siswa, aplikasi ini juga sangat meringankan kerja guru. Mereka tak perlu lagi melakukan rekap nilai manual yang sangat menyita waktu dan tenaga. “Kalau manual, guru masih bisa mengubah nilai siswa. Kalau sekarang enggak bisa, harus konsisten,” kata dia.
Sementara itu, di SMKN 2 Pangkalpinang sejak 2012 telah menerapkan absensi ‘fingerprint’ bagi siswanya. Absensi ini terkoneksi dengan ponsel wali murid melalui SMS gateway, sehingga kehadiran siswa dapat termonitor oleh orang tua mereka saat itu juga.
Absensi finger print dan SMS gateway yang dikirim ke orang tua siswa ini memanfaatkan sistem milik Jaringan Informasi Bersama Antar Sekolah (JIBAS). SMKN 2 kemudian mengembangkan sendiri sistem tersebut.
Artikel ini ditulis oleh:
Antara