Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo mengucapkan sumpah jabatan saat dilantik oleh Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (8/7). Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menggantikan Panglima TNI sebelumnya Jenderal TNI Moeldoko yang memasuki masa pensiun. ANTARA FOTO/Yudhi Mahatma/ed/pd/15

Jakarta, Aktual.com — Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo menegaskan, pembunuhan terhadap prajurit di Gowa, Sulawesi Selatan, Minggu (12/7) lalu bukan konflik antara TNI dan Polri.

“Itu bukan TNI-Polri tapi oknum. Itu murni kriminal,” kata Gatot di Mabes HanKam TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa, (14/7).

Bekas Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) ini mengakui konflik antara kepolisian dan TNI kerap terjadi akibat prajurit yang tak disiplin.

Sebab itu, Panglima berencana akan  memperbaiki pendidikan prajurit sejak rekrutmen hingga pasca pendidikan.

“Perselisihan umumnya melibatkan prajurit tingkat dua atau tentara yang baru bergabung,” ujarnya.

Mantan Panglima Komando Strategi Angkatan Darat (Pangkostrad) itu menuturkan bahwa proses pengusutan kasus tersebut sepenuhnya diserahkan kepada pihak  kepolisian.

“Saya sangat percaya dengan kepolisian yang profesional,” kata Gatot. “Jadi biarkan kepolisian menyelidiki, pasti tersangka akan didapat.” kata dia.

Lulusan Akademi Militer angkatan 1982 itu optimistis polisi bisa mengungkap pelaku pembenuhan secepatnya. “Di tempat gelap tak ada saksi pun bisa diungkap, apalagi di tempat keramaian dan dilakukan beberapa orang,” kata dia.

Dalam dua pekan terakhir, polisi dan tentara menjadi sasaran penyerangan brutal sekelompok orang tak dikenal. Insiden pertama terjadi di pos polisi di Bundaran Samata, Somba Opu, Gowa, Kamis, (2/7), lalu.

Dalam peristiwa tragis itu, Brigadir Irvanudin tewas dengan luka bacok pada sekujur tubuhnya. Dua rekannya, Brigadir Dua Usman dan Brigadir Mus Muliadi ikut terluka, tapi selamat.

Berselang 10 hari, insiden kedua terjadi di Lapangan Syekh Yusuf,   Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Minggu, 12 Juli 2015, dinihari. Giliran anggota TNI yang menjadi korban serangan brutal sekelompok orang tidak dikenal.

Prajurit Satu Aspin meregang nyawa dalam kejadian tersebut. Rekannya, Prajurit Satu Faturahman, ikut terluka, tapi berhasil menyelamatkan diri.

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby