“Saya benar-benar berpikir saat bertemu dengan Fransiskus tiga tahun yang lalu bahwa ‘orang ini adalah pilihan yang benar dan dia akan melanjutkan pekerjaan dan saya benar-benar berpikir ada prospek nyata, signifikan, dan perubahan yang cepat, ” kata Saunders, seorang warga Inggris, dalam sebuah wawancara telepon “Tapi dia dikelilingi oleh orang-orang yang tak ingin perubahan.” Skandal tersebut mengancam membayangi penghargaan yang telah diraih oleh Paus asal Argentina itu sejak pemilihannya pada 2013 karena membawa gereja lebih dekat kepada orang miskin dan migran serta membuat gereja lebih ramah pada mereka yang merasa dikecualikan di masa lalu, seperti homoseksual.

Pelecehan seksual di lingkungan gereja tercium publik di Amerika Serikat dengan laporan kasus di Louisiana pada tahun 1984 dan meledak pada tahun 2002, ketika wartawan di Boston menemukan bahwa para uskup secara sistematis dipindahkan ke tempat baru bukannya diberhentikan jika terlibat kasus pelecehan.

Ribuan kasus telah terungkap di seluruh dunia setelah penyelidikan telah mendorong korban yang diam untuk bersuara, sehingga menghancurkan reputasi gereja di tempat-tempat seperti Irlandia, dan lebih dari 2 miliar dolar telah dibayarkan sebagai kompensasi Pell, 76, yang telah mengambil cuti untuk kembali ke Australia, mengatakan: “Saya menanti untuk akhirnya hadir di pengadilan saya ulangi bahwa saya tidak bersalah atas tuduhan ini. ” Kelompok korban telah menuduh Pell tidak tepat dalam beberapa kasus pelecehan saat berada di Australia sebagai uskup agung Melbourne dan kemudian Sydney.

Pell mengatakan pada sebuah penyelidikan Australia tahun lalu bahwa gereja telah membuat pilihan “bencana” dengan menolak untuk percaya pada anak-anak yang dilecehkan, memindahkan para pemjmoin imam yang terlibat dari satu paroki ke paroki yang lain dan terlalu bergantung pada nasihat para imam untuk memecahkan masalah. Dia membantah terlibat dalam upaya menutup nutupi kasus.

Polisi Australia tidak merinci tuduhan tersebut atau menentukan usia terduga korban atau masa terjadinya kejahatan. Pell diwajibkan hadir di Pengadilan Magistrat Melbourne pada 26 Juli.

Marie Collins dari Irlandia, anggota non-pemimpin imam lainnya dari Komisi Vatikan yang dibentuk Fransiskus pada tahun 2014, dan juga seorang korban pelecehan pemimpin imam saat dia masih kecil, mengundurkan diri pada Maret karena frustasi. Ia menyebut kurangnga kerja sama dari dalam Vatikan yang “memalukan” sebagai alasan.

“Apa yang saya tidak ragu-ragu untuk mengatakan adalah bahwa Kardinal Pell telah terbukti bersalah dalam penanganan kasus pelecehan saat masih berada di Australia dan menyebabkan rasa sakit yang tak terhitung pada korban dalam kasus itu,” tulisnya di lamannya.

Artikel ini ditulis oleh:

Antara
Eka